Road to Lampung Krakatau Festival 2017
Ponselku berdering saat aku sedang berada di speedboat dalam perjalanan pulang dari Kepulauan Seribu. Begitu dapat sinyal mendekati dermaga Ancol, aku mendapat undangan spesial dari Badan Penghubung Lampung di Jakarta untuk ikut meramaikan rangkaian acara Lampung Festival Krakatau 2017.
Begitu kapal cepat yang kunaiki merapat di dermaga, aku langsung meluncur ke kantor Badan Penghubung Lampung untuk mengambil undangan sekaligus briefing keberangkatan. Baru saja pulang dari konservasi pulau, aku langsung mau terbang ke Lampung. Ini baru petualangan pemicu inspirasi.
Sempat agak ragu untuk menerima undangan itu lantaran aku sudah beberapa kali mengulur waktu untuk menuntaskan beberapa pekerjaan. Namun, terlintas di benak, Lampung Festival Krakatau kan bukan sembarang festival. Ada serangkaian acara seru yang disiapkan tahun ini. Salah satunya, dan tentu yang jadi incaranku adalah Tur Krakatau. Yes, siapa yang mau menolak sih kalau ada undangan naik anak gunung purba?
Menikmati Pulau Sebesi siang hari. (Photo by raiyani.net) |
Kapal-kapal siap berangkat ke Pulau Sebesi dan Krakatau. |
Pelepasan peserta Tur Krakatau. |
Aku langsung angkat ransel dan berangkat ke bandara bersama Salman, travel blogger teranyar tahun ini, serta Fian, videographer Republika online. Aku bertemu dengan rekan travel blogger lain di bandara saat menunggu boarding. Tujuan kami sama, Tur Krakatau. Ini pasti akan seru.
Aku dan tim dari Badan Penghubung Lampung di Jakarta meluncur ke dermaga BOM, Kalianda pagi hari. Di sana akan diadakan pelepasan peserta tur Krakatau oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata Lampung. Sedikit doa dan potong tumpeng menyambut kami sebagai bentuk jamuan untuk 200 peserta yang akan mengikuti Tur Krakatau tahun ini dan menginap di Pulau Sebesi.
Mendung pekat menggelayut di langit Kalianda. Gerimis sempat turun tetapi semangatku tidak ikut turun. Beberapa kapal kayu sudah menunggu kami di dermaga. Begitu acara resmi dibuka, kami diarak menuju kapal. Agak mirip dengan Muara Angke dengan kapal-kapal yang mengapung. Dermaga BOM sesaat menjadi ramai.
Panitia Lampung Krakatau Festival mengatakan bahwa pelayaran kami ke Pulau Sebesi akan menghabiskan waktu 2 jam. Ombak mungkin akan sedikit tidak tenang karena langit tak kunjung cerah. Aku berharap dapat tempat yang nyaman untuk tidur. Pasti akan sangat membosankan berlayar berjam-jam, meski belum selama dan segokil naik kapal kayu kecil ke perairan Taka Bonerate.
Tak banyak yang bisa dilakukan di sebuah kapal kayu dengan suara motor yang berisik. Duduk di dek bawah lebih menyenangkan tapi berteman suara motor yang bising. Kalau duduk di dek atas, angin dan sinar matahari akan bertubi-tubi menghantam tubuh. Mengingat aku akan mendaki Gunung Anak Krakatau pukul 3 pagi dari Pulau Sebesi, aku harus save energy. Jadi aku memilih istirahat di dek bawah.
Partner in crime dalam pelayaran dan pendakian Krakatau :) |
FYI, mengapa kami harus ke Sebesi dulu dan menginap di sana? Selain ini karena bagian dari Tur Krakatau, Pulau Sebesi merupakan pulau yang paling dekat dari Gunung Anak Krakatau. Meski memang bukan destinasi wisata, Sebesi dibenahi sebagai tempat transit para pendaki. Kalau kamu anak gunung tentu tahu bahwa waktu paling tepat untuk memulai pendakian itu saat dini hari. Hal ini berlaku juga di Tur Krakatau. Pelayaran ke Pulau Anak Krakatau akan dimulai pukul 3 pagi agar kami bisa mendapat sunrise point. Nah, sebelum itu, memang lebih baik bermalam di Pulau Sebesi.
Begitu berlabuh di Sebesi, penampilan dari Marching Band putra-putri Sebesi menyambut kami dengan meriah. Mereka tidak berhenti memainkan lagu-lagu daerah dan nada-nada kebangsaan hingga semua peserta satu per satu turun dari kapal. Kami lantas berhamburan mencari penginapan. Ada beberapa cottage milik pemda Lampung yang ditempati oleh kaum cewek. Para lelaki akan tinggal di homestay milik warga setempat. Kami akan bertemu kembali sore hari di pendopo pinggir pantai untuk Pembukaan Tur Krakatau 2017.
Sesiangan itu, agenda acara kosong. Kami dibebaskan untuk eksplor Pulau Sebesi. Aku bergabung dengan teman-teman Blogger makan siang dan menikmati angin pantai. Aku melihat beberapa kambing sedang bermain di pantai. Sedang apa kambing-kambing itu? Mungkin mereka sedang merayakan kebersamaan menjelang Hari Raya Kurban. Mungkin juga mereka ikut senang dengan ratusan tamu yang datang di Pulau Sebesi.
Marching band putra-putri Sebesi untuk penyambutan tamu Tur Krakatau. |
Cottage milik Pemda yang siap menampung kami selama di Sebesi. |
Kita bisa main cano di sekitar pantai Sebesi. |
Kambing-kambing berarak di pantai. |
Pulau terdekat dari Pulau Sebesi yang dapat dijangkau adalah Pulau Umang. Bayangkan, aku sudah sedekat itu dengan Pulau Umang ketimbang harus melewati jalur darat dari Jakarta ke Ujung Kulon demi bisa mencapai Pulau Umang. Namun, apa daya, angin laut tidak bersahabat, kapal pengangkut kami pun tidak tampak olehku. Niat main cano, tapi belum mahir. Ingin sekali snorkeling tapi lupa bawa perlengkapannnya. Ya iyalah, niatnya kan naik gunung, lupa kalau gunungnya di tengah laut. Harusnya siap sedia pakaian untuk main air, ya. Jadilah aku hanya berjalan-jalan di pesisir Sebesi. Ketemu ayunan dan rumah pohon saja sudah membuatku senang.
Katanya, tanah di Sebesi ini subur, lho, berkat letusan Gunung Krakatau dua abad yang lalu. Meski dulu Sebesi jadi korban paling parah efek letusan dahsyat yang menggemparkan sejarah kemanusiaan, kini Sebesi menuai lingkungan subur sekali. Untuk ukuran pulau yang tak seberapa luasnya, Sebesi menjadi tempat tumbuh cocoa dan pisang yang dibawa ke Pulau Jawa.
Ada juga nih kabar lain tentang Sebesi. Kata Fian, Sebesi itu milik perorangan. Konon, Pulau Sebesi dan Sebuku, serta gugusan Krakatau pernah menjadi bagian dari wilayah pemerintahan Kesultanan Banten masa Hindia Belanda. Pulau Sebesi dan pulau sebelahnya, Sebuku dihadiahkan kepada seorang pangeran Singa Berata keturunan Marga Rajabasa yang menghuni Pulau Sebesi turun temurun hingga kini. Sudah jadi rahasia umum bagi warga Sebesi bahwa masyarakat Kepulauan Sebesi bebas tinggal di pulau itu dan bercocok tanam di sana atas seizin keturunan pemilik pulau. Meski terdaftar sebagai pulau milik personal, Pulau Sebesi tetap dikelola dan jadi wilayah administratif Lampung Selatan. Kalau terus dikembangkan, Sebesi bisa cantik banget dan nggak kalah menarik dengan Pulau Pahawang. Sektor perkebunan oke, sektor wisata juga menjanjikan.
Daripada bete nggak jadi ke Pulau Umang, jadinya jalan-jalan di pantai saja. (photo by raiyani.net) |
Main ayunan juga asyik siang-siang begini. (photo by Oliep) |
Nggak bisa lihat rumah pohon nganggur. (Photo by raiyani.net) |
to be continued...
Tahun lalu gak pake acara menginap di Sebesi. Padahal mupeng juga dan penasaran sama pulau ini. Gigi bakalan kering kali ya selama trip, soalnya jalan sama geng chebox yang doyan ngocol hehehe.
BalasHapusDitunggu lanjutannya.
omnduut.com
Bener banget, Om. Rahang sampe hampir copot karena gak berhenti ketawa.
Hapusagak menyesal siang2 nggak ikutan keliling pulau itu :)))
BalasHapuswakkaka
kamu sih ,, kerjaannya makan dan tidur aja mulu....
Hapuspasti bena bobo terus ya bang indra? :D
HapusBena kerjaannya jajan mpek mpek, lalu minta mangga orang, lalu makan prasmanan 2 piring. Sekian. :))
HapusAh akhirnya bisa ngetrip bareng di Festival Krakatau jg sama Mbak Sulung..
BalasHapusKemarin nyesel gak main di pinggir pantainya.. ��
Iya, dan pengen ngetrip bareng lagi lain waktu. Kak Fajrin sih tidur mulu, gak sempat eksplor pulau. :D
Hapuskok soal ayunan yang rusak oleh mu tidak kamu bahas detail sih?!!!! wkwkwkwkwkwkkwkwkwkwkwkwkkwkwkw..... kamu menghilangkan sebait kisah nyata kelakukan asli kamu lhooo...penunggu ayunan itu mencari cari siapa perusak ayunana yang ia tempati ber-ratus-ratus tahun itu hahahahahahhaah
BalasHapusAstagaaa, komen ini bisa gak di-HIDE aja? Nanti hantu pulau baca komen ini, bisa datengin aku ke rumah. Perkara ayunan putus masih panjang ternyata. :( Hahahahahah
HapusHah baru tau sebesi milik perorangan, berarti milik pribadi ya? Bisa dijual atuh pulaunya :D
BalasHapusKatanya sih sempat sengketa sama pemda. Belum tau kelanjutannya. Saat ini kan pemerintah kita lagi ketat banget soal kepemilikan pulau.
Hapussemoga saja event berikutnya aku bisa ikutan famtrip nih.
BalasHapusSemoga kita bisa bertemu yah.
HapusDan inilah perjalanan yang memang sangat menantang hahaha ... tapi pengen ke pulaunya lagi naik speed boat aja hahaha
BalasHapusMenantang karena anginnya dan ombaknya memicu adrenalin. Hahahaha. Semoga next ada speedboat buat ke Krakatau.
HapusWah, pas blm bisa ikutan kemaren ke Lampung, jadwalnya ga pas :) Semoga next time bisa trip bareng yaa, penasaran gunung yang ada lautnya, hehe
BalasHapusIya Kak. Tahun depann semoga diadain lagi. Naik gunung tapi harus melaut dulu, cuma di Krakatau nih :)
Hapuswahhh, liat foto2nya jadi mupeng Kak, blm pernah ke Lampung :)
BalasHapusMari ke Lampung, Kak.
Hapuskano nya lucuk banget warna pink
BalasHapusIyes, bisa milih warna di sini. Ada pink, kuning, merah, hijau. Pilih warna yang kece biar fotonya eyecatching. :))
HapusSerunya yang pada famtrip :)
BalasHapusPulaunya cantik ya mbak. Saya intip juga nih keseruan famtripnya di medsos.
Banyak paketan famtrip ke Krakatau. Mumpung cagar alamnya belum ditutup untuk umum, Kak. :))
HapusBaru kali ini gue liat ada kambing di pantai haha. Unik juga nih Sebesi.
BalasHapus