Trip to Pari Island (IV): Sunrise yang Indah Menutup Hari yang Cerah
Jadwal pagi hari adalah menunggu sunrise. Pantai Pasir Perawan kebetulan menghadap ke timur, jadi kami bisa menikmati matahari terbit di sana. Pagi di Pari terasa adem, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu gerah.
Mulanya hopeless karena langit sedikit mendung. Melihat pantai sudah tampak terang, kami mengira matahari pasti sudah tinggi, cuma tertutup di balik awan. Kami akhinya duduk bengong di pasir melihat orang yang mandi-mandi di pantai itu. Tapi tak lama, ada secercah cahaya oranye muncul. Yap, itu dia matahari terbitnya. Fenomena sunrise itu memang indah, ya. Sebuah permulaan hari yang harusnya bisa kita nikmati setiap hari. Tapi karena kebanyakan kita memilih tidur setelah subuh atau terlalu sibuk menyiapkan diri untuk beraktivitas, fenomena sunrise yang indah itu jadi terlewatkan.
Puas bermain sepagian di pantai, aku kembali ke homestay untuk bebersih dan sarapan. Sebagian masih ingin naik perahu di Pasir Perawan. Tapi aku memilih pulang biar tidak mengantre lama untuk mandi. Lagipula perut sudah krucuk-krucuk lapar. Sarapan nasi goreng sudah tersedia di homestay. Langsung santap saja tanpa menunggu yang lain.
Ada sedikit settingan kericuhan ketika kami sedang berbenah (biar suasana liburan tidak datar-datar aja). Laptop Ipin tidak berada di tempatnya. Kiki si polos bin ajaib yang bertanggung jawab mengunci pintu homestay. Saat semua menyidangnya, aku dan Junisatya menyelinap keluar, bersepeda keliling kampung. Seru juga bersepeda pagi-pagi begitu, badan bugar, hati senang, otak pun segar.
Persidangan Kiki (yang cuma settingan) masih berlangsung alot di homestay. Akhirnya sebagai jalan keluar, Kiki berniat mentraktir kami untuk trip berikutnya ke Karimun Jawa bulan November. Itu dia tujuannya. Kiki dapat belajar berteman, tidak ceroboh, dan mau berbagi dengan orang lain.
Kapal berangkat pukul 12.00. Kami masih sempat berfoto siang hari di dermaga. Saat di kapal, kami salah memilih posisi. Kami buka lapak di dek atas agar bisa menikmati pemandangan laut. Tapi sesiang itu? Kami harus pasrah sauna berjamaah. Dibawa tidur pun tetap saja gerahnya tidak hilang sampai akhirnya kapal merapat di Muara Angke. Yap, badan lelah, lepek, dan lapar. Kami berpisah dan berharap bisa ikut
trip bersama lagi (semoga Karimun Jawa jadi *hope).
Komentar
Posting Komentar