Sudah bukan saatnya lagi kita menghabiskan hari libur dengan bangun siang. Bangun pagi itu indah (*sambil ngomong ke diri sendiri). Karena bangun pagi saat hari libur itu sungguh bebas dari segala tekanan rutinitas. Meskipun hari libur akhir pekan itu sangat singkat, kenapa tidak memanfaatkan waktu dari pagi-pagi sekali? Contohnya berdiri di Tebing Keraton bisa jadi alternatif memaknai pagi di hari libur.
|
View dari Tebing Keraton |
Ya, Tebing Keraton yang terletak di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Dago, Bandung ini jadi destinasi favorit kekinian anak Bandung dan Jakarta. Mudah dijangkau, tidak perlu mengeluarkan biaya banyak, tidak perlu menghabiskan waktu hingga berhari-hari. Sangat pas untuk menghabiskan akhir pekan ke sana.
Aku, Junisatya, dan beberapa orang teman menyempatkan diri untuk mampir ke sana saat kami berada di Bandung. Setelah tanya jalan sana-sini, akhirnya kami memasuki Taman Hutan Raya yang beken disebut Tahura. Berarti lokasinya tak jauh dari sini. Ingat, bukan Goa Belanda, ya. Jangan sampai nyasar. Sebelum memasuki area Taman Hutan, ada jalan menyempit di sebelah kanan yang sedikit menanjak. Ke sanalah arah Tebing Keraton.
Lokasi Tebing Keraton ini memang agak tersembunyi. Berkat social media, tebing tinggi di kota Bandung ini seketika menjadi populer di kalangan anak muda, bahkan dengan cepat menjadi tempat wisata. Oleh sebab itu, jalanan yang tadinya bisa dibilang kurang bersahabat karena masih bebatuan, saat itu tampak sedang direnovasi. Beberapa kali mobil kami slip karena tak sanggup menghindari bebatuan yang menghambat laju. Namun, kami di-stop petugas di satu titik yang menjadi lokasi parkiran. Ya, mobil hanya boleh sampai di sana. Selanjutnya kami harus berjalan kaki atau naik ojeg yang sudah berjajar di pinggir jalan.
Awalnya kami sempat ragu, mau jalan kaki saja atau menyewa jasa ojeg. Tapi karena kami tidak tahu medan yang katanya cuma jalan 3 km itu, kami memutuskan untuk naik ojeg saja. Dan benar, tanjakan semakin curam dengan kondisi jalanan yang buruk. Bagiku, naik motor bukanlah pilihan terbaik. Terlonjak-lonjak di motor dengan keadaan jalanan yang penuh batu sangat membuatku tidak nyaman. Untungnya, pemandangan di sepanjang tanjakan 3 km itu sungguh melenakan. Petak-petak bermacam-macam kebun berwarna hijau dan kuning terhampar di kiri-kananku. Aku seketika berdecak kagum. Masih ada ya di tengah kota seperti ini, kebun yang asri dan segar. Andai aku mempersiapkan diri dengan sneakers serta pakaian yang nyaman untuk hiking, tentu aku akan lebih memilih berjalan kaki menikmati pemandangan Tahura serta kebun-kebun yang terhampar itu.
|
Jalan setapak menuju ujung Tebing Keraton. |
Kawasan taman Tebing Keraton sendiri tidak terlalu besar. Kami digiring melewati jalan setapak menuju ujung tebing yang sedang hits di social media itu. Dan, apa yang kulihat persis sama dengan gambar-gambar yang terpampang di lini search engine saat kita memasukkan keyword Tebing Keraton. Yea, inilah tebing itu.
|
Taman sekitaran Tebing Keraton. |
|
Menikmati kesegaran udara di tebing. |
Aku menghirup oksigen sedalam-dalamnya. Ujung tebing ini sempit dan kini sudah dipagari demi keamanan dan kenyamanan pengunjung. Ternyata pemandangan hijau di perjalanan tadi belum seberapa dibanding pemandangan hijau berupa gugusan bukit yang terlihat dari tebing ini. Lembah yang dalam dan tebing yang curam menjadi salah satu daya tarik saat berdiri di ujung tebing. Entah kenapa namanya disebut Tebing Keraton. Mungkin kata keraton di sini menunjukkan keelokan dan sahaja yang diberikan pemandangannya.
|
Pemandangan hijau dari atas tebing. |
|
Tahura dari ketinggian. |
|
Pucuk-pucuk bukit yang berkabut. |
Nah, mengapa waktu terbaik berkunjung ke tebing ini saat pagi hari? Yeah, Tebing ini menghadap ke timur, persis ke arah matahari terbit. Jangan tanya lagi matahari terbit di sebelah mana, ya. (*pengalaman ada teman pernah bertanya seperti itu saat kami traveling bersama).
Jogging ke arah Tebing Keraton sama saja dengan serangan fajar. Kita lebih dulu sampai di tebing saat fajar baru mengintip untuk naik. Matahari akan muncul dari balik gugusan bukit dan semburat oranye akan memancar hingga menerangi sampai ke bawah lembah. Tebing menjadi tempat terbaik memandang proses munculnya matahari. Nuansa
sunrise dari puncak tebing akan berbeda dengan nuansa
sunrise saat kita di pantai. Biasnya itu akan memberikan efek keemasan, tak hanya pada awan, tetapi juga pada pucuk-pucuk bukit. Kabut tipis akan mempercantik pemandangan pagimu di Tebing Keraton.
|
Mari menari bersama (Junisatya and me) |
|
Ceria bersama di Tebing Keraton. Cheers! |
|
Kalau mau foto di ujung tebing, harus hati-hati dan bergantian. |
Terbayang indahnya? Belum? Silakan langsung saja kunjungi Tebing Keraton pada pagi hari.
Ada yang perlu kamu perhatikan saat ke Tebing Keraton.
- Tebing Keraton bukan tempat gaya-gayaan dengan pakaian supermodis. Untuk cewek, sangat tidak disarankan ke sana menggunakan heels atau wedges. Meski lokasinya mudah dijangkau dengan mobil, bukan berarti ke sana dengan catwalk style, lho.
- Siapkan fisik untuk jalan 3 km mendaki karena parkiran mobil jauh dari lokasi Tebing Keraton. Alternatif menanjak ya dengan jalan kaki atau naik ojeg yang tarifnya mencapai IDR 60.000 pp. Mahal, ya.
- Memang sebaiknya ke sana saat pagi hari karena udara masih segar dan badan masih fit.
- Bagi yang ingin ke sana dengan motor, disarankan yang nyetir adalah orang yang berpengalaman dan disarankan pula keadaan rem, gigi, roda, dan rantai dalam keadaan sangat baik.
- Bagi yang phobia ketinggian, tidak disarankan untuk berdiri di ujung tebing. Takut phobianya kambuh.
- Bawa bekal ya, piknik pada pagi hari di Tebing Keraton akan jadi momen indah dan sempurna.
Sekarang katanya ojeg malah 100 ribu!!
BalasHapusHah, serius???
Hapusgue kemaren 50 rebu pp koook...
BalasHapus