Kuliner Tahun Baru di Solo Car Free Night
Akhirnya ke Solo juga, setelah terakhir ke Solo itu saat umurku 4 tahun. Waktu itu kebetulan ikut orang tua yang sedang ada tour event di Solo. Berarti, sekarang lebih dari 20 tahun aku belum menginjak Solo lagi. Daerah yang beribukota Surakarta ini menjadi unik bagiku. Tumbuh di kota Padang yang notabene sangat akrab dengan garis-garis wajah tegas, watak keras, selera makan yang besar, tentu Solo menjadi kebalikannya. Kemudian, tinggal di tengah kota Jakarta yang penuh pergerakan, Solo juga menjadi rival dari segala pergerakan, kebisingan, serta percepatan itu. Bagiku, Solo itu sangat tenang, serba pelan, dan warganya bergaris muka halus dan lembut. Kalau kata orang Sumatera, inilah yang namanya 'Jawa banget'.
Sore itu aku tiba di Surakarta dan langsung bertolak ke Fave Hotel di jalan Adi Sucipto. Kebetulan sekali, saat itu adalah malam tahun baru. Solo pasti bergairah, pikirku. Dan, memang benar saja, umbul-umbul adanya Car Free Night terbaca. Jadilah aku dan tim traveling-ku kala itu menuju Car Free Night di Jalan Slamet Riyadi. First Stop kami adalah Galabo.
Galabo (Gladag Langen Bogan) alias pusat kuliner Solo memang surga bagi perut yang sedang bergejolak lapar. Kami mencoba beberapa menu.
Disajikan dalam satu piring kecil, ati ampela bebek menjadi favorit malam itu. Mirip dengan ati ampela ayam, tetap lebih keras dan ukurannya lebih besar. Semua pun dalam sekejap menyatu dengan ati ampela di dalam tubuh ini.
Usus sapi yang telah dibersihkan bagian dalamnya, dipotong-potong lalu digoreng. Gorengnya sematang dan segaring mungkin. Bentuknya seperti batagor bandung yang siap santap. Sensasi makannya itu yang aku suka. Sambil membayangkan jeroan sapi, bagian dalam yang menyisakan rasa pahit, lalu melihat kulitnya kenyal, lidah tak kuasa berkhianat.
Begitulah kuliner yang kucecap selama di Solo. Kesan yang tertinggal adalah enak, kenyang, dan murah. Itulah Solo.
Sore itu aku tiba di Surakarta dan langsung bertolak ke Fave Hotel di jalan Adi Sucipto. Kebetulan sekali, saat itu adalah malam tahun baru. Solo pasti bergairah, pikirku. Dan, memang benar saja, umbul-umbul adanya Car Free Night terbaca. Jadilah aku dan tim traveling-ku kala itu menuju Car Free Night di Jalan Slamet Riyadi. First Stop kami adalah Galabo.
Galabo (Gladag Langen Bogan) alias pusat kuliner Solo memang surga bagi perut yang sedang bergejolak lapar. Kami mencoba beberapa menu.
- 1. Sate Buntel
- 2. Ati Ampela Bebek
Disajikan dalam satu piring kecil, ati ampela bebek menjadi favorit malam itu. Mirip dengan ati ampela ayam, tetap lebih keras dan ukurannya lebih besar. Semua pun dalam sekejap menyatu dengan ati ampela di dalam tubuh ini.
- 3. Iso (usus sapi)
Usus sapi yang telah dibersihkan bagian dalamnya, dipotong-potong lalu digoreng. Gorengnya sematang dan segaring mungkin. Bentuknya seperti batagor bandung yang siap santap. Sensasi makannya itu yang aku suka. Sambil membayangkan jeroan sapi, bagian dalam yang menyisakan rasa pahit, lalu melihat kulitnya kenyal, lidah tak kuasa berkhianat.
- 4. Babat Goreng
- 5. Belut Goreng
- 6. OBH (minuman jahe, jeruk nipis, kencur)
- 7. Limun Temulawak
- 8. Limun Saparella
- 9. Timlo
Begitulah kuliner yang kucecap selama di Solo. Kesan yang tertinggal adalah enak, kenyang, dan murah. Itulah Solo.
yummy.. semua enyaaak
BalasHapus