Suatu kehormatan bisa diundang ke satu acara rakyat di Kabupaten Lampung Timur, Festival Panen Padi 2017. Begitu dapat undangannya dari Indonesia Corners, aku langsung berburu tiket pesawat Jakarta-Lampung yang hanya menghabiskan waktu 30 menit saja. Dekat sekali kan. Daripada harus repot-repot naik bis dan kapal ferry untuk menyeberang ke Lampung. Hemat waktu, hemat tenaga. Biayanya pun beda tipis.
Kamis pagi, aku mendarat di Bandara Radin Inten II Bandar Lampung. Aku bertemu dengan sekumpulan blogger dari Indonesia Corners yang juga akan menuju ke tempat yang sama. Kami pun dijemput menggunakan dua mobil yang siap menggoyang pantat kami selama 2 jam perjalanan menuju Lampung Timur. FYI, bandara berlokasi di Lampung Selatan, sementara festival diadakan di Lampung Timur. Kami melewati jalanan panjang, berbelok, dan sedikit berlubang. Kami melewati berbagai sawah dan perkebunan yang pemandangannya aduhai. Berbagai terasering berjajar. Kami masuk dan keluar beberapa kampung Jawa dan Bali. Ya, Lampung memang area transmigrasi pada zaman Soeharto. Sebagian besar penduduknya adalah orang Jawa dan Bali. Bahkan nama kecamatannya pun dinamai dengan nama beberapa daerah di Pulau Jawa, seperti Pekalongan dan Madiun. Sederhana, bukan, mendefinisikan penduduk setempat berasal dari wilayah mana?! Mereka menamai tanah transmigrasi mereka dengan nama kampung halamannya, tinggal berkelompok, dan akhirnya sebagian diresmikan menjadi nama kecamatan. Yang pasti, aku happy. Aku jalan-jalan lagi. Yeay.
|
Karnaval di Festival Panen Padi 2017 (Photo by raiyani.net) |
|
Salah satu gerobak motor hias yang ikut karnaval. (Photo by raiyani.net) |
|
Pak Tani membawa padi keliling kampung (Photo by raiyani.net) |
Pukul 10 pagi, kami tiba di Alun-alun Kecamatan Raman Utara, tempat diadakannya festival. Alun-alun sudah dipenuhi oleh panggung dan tenda tempat para pejabat dan undangan duduk, serta stand-stand UKM yang berjajar mengelilingi alun-alun. Yang bikin festival itu meriah adalah adanya gerobak, motor, serta mobil bak yang dihias dengan berbagai hasil panen, mulai dari jagung, pisang, terong, cabai, pare, pisang, jambu, kacang panjang, dan lain-lain.
Sebegitu besarnya semangat mereka mengikuti festival ini. Ada sekelompok anak kecil yang berdandan ala petani dengan membawa alat-alat untuk bertani. Mereka kompak mengenakan topi anyaman berbentuk kerucut khas petani. "Ini harinya para petani," decakku kagum. 2 Maret 2017.
Sebelum acara dimulai, kami yang memang belum sempat sarapan sejak sampai di Lampung, memilih duduk di sebuah warung pecel. Penjualnya sendiri adalah warga Raman tetapi berasal dari Jawa. Ibu ini menjual pecel ala Lampung dengan tambahan mi berwarna putih serta bumbu pecel yang sedikit lebih gurih dan pedas. Sarapan kenyang dulu, sebelum berpanas-panas ria di Festival Panen Padi.
Festival Panen Padi dibuka oleh Bapak M. Ridho Ficardo, Gubernur Lampung, didampingi oleh Ibu Chusnunia Chalim, Bupati Lampung Timur. Tarian Sugih Pengunten mengawali semaraknya festival para petani ini.
Anyway, tari ini ada di setiap acara-acara besar orang Lampung. Dengan pakaian putih, tari Sugih Pengunten menjadi tari pembuka acara sebagai bentuk jamuan selamat datang kepada tamu yang diagungkan. Untuk Festival Panen Padi saat itu, tarian Sugih Pengunten dipersembahkan kepada Gubernur Lampung dan jajarannya.
Festival Panen Padi 2017 merupakan acara yang pertama kali diadakan di Kabupaten Lampung Timur sebagai bentuk apresiasi kepada para petani Lampung. Para petani di Lampung Timur memang seistimewa itu. Lampung Timur menjadi pemasok padi nomor dua terbesar untuk Provinsi Lampung dan peringkat 4 surplus tingkat nasional. Pantas saja, sepanjang jalan sejak memasuki kawasan Lampung Timur, yang kulihat adalah sawah dan perkebunan. Petani di sini memang patut diberi penghargaan. Untuk merayakan hari panen besar mereka, maka Festival Panen Padi ini diadakan besar-besaran. Kecamatan Raman Utara menjadi tuan rumahnya saat itu.
|
Tari Sugih Pengunten (Photo by raiyani.net). |
Jangan dikira Festival Panen Padi itu bentuknya para petani melakukan panen bersama di sawah masing-masing, ya. Bukan. Festival ini dirangkai sedemikian semarak dengan karnaval gerobak berhiaskan berbagai hasil panen. Tak perlu biaya besar untuk menghias kendaraan yang biasa digunakan untuk membawa hasil panen. Secara berkelompok, para petani dan masyarakat menghias kendaraan mereka sekreatif mungkin. Tak jarang mereka memanfaatkan warna oranye jagung, warna merah dari cabai, warna hijau dari sayur-sayuran untuk membuat hiasannya lebih hidup. Ada pula perwakilan siswa SMA dan SMK yang mengenakan kostum petani, orang-orangan sawah, kostum burung, dan lain-lain untuk memeriahkan karnaval. Miniatur-miniatur hama tanaman pun jadi hiasan dan bulan-bulanan para petani yang diarak keliling kecamatan.
Rasanya karnaval itu belum meriah dan heboh jika tidak ada sajian bunyi-bunyian dari penumbuk lesung. Jika akrab dengan dunia sawah, tentu kita sering dengar suara lesung yang khas di sawah saat panen tiba. Dulu, ya, dulu. Aku beruntung pernah mengenal benda itu saat menemani nenek sedang panen di sawah. Suara tumbukan lesung itu sangat akrab di telinga. Ibu-ibu dan bapak-bapak petani bergantian menumbuk padi di dalam lesung. Mendengar suara lesung saja sudah menjadi pesta kecil-kecilan di lahan sawah masing-masing. Ini tentu cara tradisional dan mulai jarang ditemukan saat ini. Nah, kekhasan suara lesung itu pun diangkat kembali dan dijadikan semacam ketukan bernada. Tak heran, kan, jika bunyi lesung itu jadi merdu dan bertalu-talu. Huuh, siang-siang berada di festival ini rasanya hati mengharu-biru.
Setelah puas melihat karnaval dan menebak-nebak kendaraan hias mana yang paling bagus,aku menghampiri stand-stand UKM. Di sini dijual bibit dan pupuk tanaman, berbagai jenis obat dan makanan, hasil kerajinan masyarakat Lampung Timur, serta promosi budaya khas Lampung. Ini semacam pesta besar di Lampung Timur dan masih ada serangkaian festival yang mengisi sepanjang tahun 2017.
|
Ikutan karnaval di salah satu gerobak hias. |
|
Bersama siswa-siswi SMK yang ikut karnaval. |
|
Tim Blogger ID Corners bersama jajaran Gubernur dan Wagub Lampung serta Bupati dan Wabup Lampung Timur. |
Festival Panen Padi bukan lagi soal petani dan hasil panennya, melainkan tentang budaya bertani yang tumbuh dan berkembang menjadi nadi kehidupan rakyat Lampung Timur. Seperti kata Ibu Chusnunia, sektor pariwisata sedang menjadi sorotan. Jadi, adalah suatu tantangan sendiri bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan daya tarik daerahnya, salah satunya dengan mengadakan festival seperti ini. Benar juga, ya, dengan adanya festival rakyat semacam ini--dari rakyat untuk rakyat--pengunjung jadi dapat menyentuh langsung berbagai sektor kehidupan yang melingkupi daerah tersebut. Salah satunya sektor pertanian yang menjadi mata pencarian utama Lampung Timur sebagai negeri agraria.
Terima kasih kepada Bupati Lampung Timur yang telah menjamu kami dan mencicipi udara nuansa budaya Lampung Timur. Sukses terus acara sepanjang tahun ini di Lampung Timur. Bulan November 2017 ada Festival Waykambas sebagai puncak rangkaian acara tahunan Lampung Timur.Wah, tentu ini tidak boleh dilewatkan. Siapa yang tertarik untuk berkunjung menginjak tanah Lampung Timur?
Seru banget melihat festival panen padi ini. Dan para petani pun punya cara-cara sendiri untuk merayakan dunia mereka. Seruuu...
BalasHapusSemangat mereka patut dicontoh. Nanti puncaknya di Festival Waykambas pasti lebih seru lagi deh.
HapusAku paling suka saat dangdutan eh jalan ke sana kemari ngeliatin traktor hias. *lalu aku teringat manekin tikus raksasa hahahaha.
BalasHapusSemoga bisa jalan-jalan lagi ya nanti sama geng chebox!
Undang-undang dong kalau ada event di Palembang,biar geng chebox berkumpul kembali menggoyang jalanan. :D
HapusIyaaa hepi banget deh bisa ikutan liput festival ini, semuanya nampak antusias..Selamat yaa Lampung Timur, kereen..
BalasHapusMudah-mudahan kita diundang ke festival berikutnya ya mba Dew. Senang sekali bisa ikut ke Lampung Timur sama blogher kece :))
HapusSeru dan Rame juga ia Festivalnya, ....
BalasHapusRame banget. Semua warga Raman Utara ikut serta di Karnaval dari anak kecil sampai ibu-bapaknya. Gimana gak rame :))
HapusBaru gelaran pertama tapi lumayan seru ya Festival Panen Padi Lampung Timur ini.
BalasHapusSayang ga coba foto di kendaraan hiasnya juga :D
Udah keburu mandi keringat pas karnaval dibuka, padahal seru tuh kalau bisa melihat semua traktor hiasnya. Lain kali kita ke sana lagi, Om :)
Hapuskalau ada festival panen padi selanjutnya datang lagi ke Lampung ya kak :)
BalasHapusTentu dong. Festival lainnya juga bakal seru kayanya. Gak bakal bosen deh ke Lampung :D
Hapus