Batiqa Hotel Pekanbaru Jadi Pilihan Transit Terbaik di Pekanbaru
Setelah melakukan perjalanan darat dari Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara selama 9 jam, Batiqa Hotel Pekanbaru menjadi pilihan tepat untuk bermalam saat itu. Entah kenapa aku nggak mau melirik hotel lain. Kondisinya saat itu adalah aku ada kegiatan seharian penuh di Barumun, salah satu kampung di Padang Lawas, dan sorenya langsung melintasi jalur lintas timur Sumatera dan baru sampai di Pekanbaru pukul 12 malam. Aku reservasi hotel Batiqa ini saat sedang berada di jalan menuju Pekanbaru sore itu juga, sebelum sinyal hilang total di tengah kebun sawit yang luasnya berhektar-hektar sepanjang perjalanan. Kontak Batiqa Pekanbaru ini sudah kusimpan sebelumnya karena sempat menanyakan rate per malam di sana. Jadi, tanpa harus repot search hotel lagi di browser, aku langsung memesan kamar di Batiqa Hotel. Pokoknya begitu sampai Pekanbaru, kamar sudah siap menampung badanku yang super lelah hari itu.
Ternyata pilihanku tidak salah. Batiqa hotel menerimaku dengan hangat. Lokasinya juga gampang ditemukan, berada 1,5 km dari bandara. Saat malam hari, tulisan Batiqa berpendar kebiruan. Halaman parkirnya tampak memanjang di bagian depan. Lobinya memang tidak besar. Aku didrop sopir mobil sewaan persis di depan pintu masuk. Cahaya kuning keemasan menerangiku yang sibuk menurunkan koper di lobi. Aku diantar menuju meja resepsionis. Begitu masuk lobi, dekorasi batik tampak menyala menyambutku. Interiornya tampak sederhana tapi elegan. Lukisan batik berbagai jenis motif dipajang di area lobi, serta macam-macam ukiran juga memenuhi sisi lainnya. Ada lukisan wilayah Pekanbaru zaman dulu dipajang berhadapan dengan lukisan batik. Nuansa Nusantara-nya makin terasa di Batiqa. Apalagi saat aku memasuki lobi ini sudah tengah malam. Dekorasi ruangan dipercantik dengan sorot lampu yang ditata apik pula. Jadinya kesan ornamennya jadi terasa dramatik.
Meja resepsionis terdapat persis di seberangnya. Ada 2 bangku balok kayu yang tersedia di depan meja resepsionis untuk para pengunjung yang sedang mengurus administrasi. Proses check in-ku malam itu tidak lama. Semua dataku sudah masuk di sistem mereka. Begitu mencocokkan dengan KTP, kunci kamar langsung diberikan. Aku kebagian kamar 508. Fyi, bangunan Batiqa Pekanbaru memang tidak besar tapi terdiri dari 10 lantai, dengan fasilitas gym serta meeting room di lantai 2.
Aku memesan kamar tipe Superior dengan 1 double bed. Begitu masuk, lantai vinyl dan sentuhan kayu berwarna kuning memenuhi interiornya. Ciri khas Batiqa terdapat di bagian dinding atas tempat tidur. Ada ornamen ukiran dipajang di sana. Dekorasinya simple tapi nuansanya sangat kusuka. Ada kulkas di bawah TV dan jenis minuman seduhan disediakan. Lemari lengkap dengan hanger, brankas, laundry bag, serta slipper bermotif batik disimpan rapi di dalamnya. Kalau soal kamar mandi, nggak usah ditanya lagi. Super nyaman dan bersih.
Spot untuk kerja di kamar ini juga jadi favoritku. Persis dekat jendela. Sebelum istirahat setelah road trip Sumatera Utara-Riau, aku sempat membalas beberapa email masuk. Wifi di dalam kamar cukup kencang. Aku tergoda untuk nonton beberapa web series dulu nih di Youtube dan aplikasi film lain. Eh, tapi sudah ngantuk karena sudah lewat tengah malam. Memang kasur sudah menunggu, apalagi aku tidur sendiri. Puas banget guling-gulingan.
Aku terbangun pagi hari. AC sengaja kumatikan dan jendela kamar kubuka lebar. Udara pagi di Pekanbaru masuk sayup-sayup ke kamar. Pagi itu tidak begitu dingin. Pekanbaru memang tak pernah dingin. Tapi paginya sungguh tenang. Aku pun turun untuk sarapan di lantai dasar, Fresqa Bistro. Di Fresqa Bistro ini terbagi dalam 2 nuansa; indoor dan outdoor. Menu-menu serapannya enak meski tak banyak. Aku menikmati sarapan dengan santai. Di antara tamu hotel, aku melihat beberapa muda-mudi yang asyik berdiskusi dengan bahasa Inggris. Tampaknya mereka baru pulang mengikuti konferensi entah di mana. Ruang makan Batiqa Hotel memang tempat yang tenang untuk melakukan pertemuan dengan menyediakan beberapa meja panjang besar.
Di lantai 2 hotel ini tersedia ruang gym dan beberapa ruang pertemuan. Karena tidak banyak yang nge-gym pagi itu, lantai 2 relatif sepi. Cuma ada ornamen-ornamen berupa ukiran dan foto-foto suasana Pekanbaru zaman dulu. Aku memutuskan turun saja dan berjalan-jalan ke luar hotel. Tak banyak yang dilihat karena lokasinya bukan di pusat Kota Pekanbaru. Eh, tapi ada landmark kota ini di sebuah bundaran simpang tiga lebar tak jauh dari hotel. Hotel Batiqa Pekanbaru ini memang disediakan untuk tamu yang sedang transit karena berada di jalan akses bandara. Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, kan, sekarang sudah termasuk bandara internasional dan menjadi lokasi transit orang-orang yang ingin berangkat ke atau dari Batam, Padang, bahkan kawasan Tapanuli, Sumatera Utara. Ya, seperti aku ini yang baru saja kembali dari kawasan Padang Lawas, Sumatera Utara. Akses paling dekat dari sana ya Pekanbaru, dibanding dari Kota Medan sendiri.
Yang paling aku suka dari hotel ini adalah antar-jemput gratis bandara dan mall terdekat. Aku lupa nama mall-nya apa karena nggak sempat main ke mall hari itu. Mulanya aku minta tolong memesankan taksi untuk ke bandara kepada resepsionis sebelum check out. Ternyata mereka menawarkan angkutan gratis ke bandara setiap satu jam. Katanya, mereka juga bisa menjemputtamu dari bandara jika sudah reservasi dan konfirmasi ke pihak resepsionis hotel. Asyik sekali, ya, pelayanan yang disediakan hotel ini. Lumayan, aku bisa menghemat uang taksi ke bandara.
Terima kasih, Batiqa Hotel Pekanbaru. Hotel ini memang cocok sekali dijadikan tempat transit. Perjalanan panjangku dari Padang Lawas terbayar dengan kenyamanan di Batiqa. Jadi, begitu balik ke Jakarta, aku sudah merasa segar kembali tanpa harus merasa jetlag mengarungi daratan perkebunan sawit beberapa hari sebelumnya.
Batiqa Hotel Pekanbaru
Batiqa Pekanbaru bagus, standard Batiqa lah ya pastinya. Sttt..jangan ngomong-ngomong ya, Num, sekalipun dekat dari Bukittinggi, aku belum pernah ke Pekanbaru lho
BalasHapusSeriusan??? Haahaahahaha. Aku sebarkan ke seluruh dunia ah.
HapusNeon sign yang kebiruan memang jadi ciri khasnya Batiqa. Jadi keinget waktu nginep di Batiqa Cirebon...
BalasHapusIya, penempatan neon sign-nya cakep. Orang langsung tau kalau gedung itu Batiqa.
Hapusjadi ini cerita pas saat mau ke sumut waktu itu ya num?? keren ihh
BalasHapusIya. Jadinya gue lewat Pekanbaru karena aksesnya lebih gampang dari sana. :))
HapusTmnku juga rekomendasi hotel ini klo mampir pekanbaru. ternyata hotelnya memang menarik
BalasHapusApa ciri khasnya Batiqa itu adanya kursi kayu panjang kayak yang ada di foto ya? :D soalnya Batiqa Palembang juga gitu.
BalasHapusSepertinya begitu. Furnitur mereka udah kompakan tiap cabang. :D
HapusWah, kalau dekat bandara seperti itu kenapa gk berangkat naik pesawat aja???
BalasHapusWaktu itu aku emang sengaja nginep di Batiqa biar besok paginya gampang ke bandara karena flight siang. Perjlanan ke Sumutera Utaranya memang lebih dekat lewat Pekanbaru. Makanya abis perjalanan darat yang panjang karena aksesnya cuma itu aja ke daerah Padang Lawas, aku harus balik lagi ke Pekanbaru dan baru nyampe tengah malam. Jadinya transit nginep dulu sebelum flight besoknya. :))
Hapushotelnya cozy banget yaa.. minimalis dan aksen kayu gitu jadi keliatan bagus dehh..
BalasHapusduhh udah lama juga gak main-main ke Pekanbaru nih.
Aku aja nggak sempat ke mana-mana selama di Pekanbaru. Cuma sempat staycation Mba. :D
HapusUntuk ukuran hotel transit, hotelnya bagus banget ya.
BalasHapusApalagi untuk urusan fasilitas antar jemput bandara.
Itu pasti sangat membantu.
Iya, karena lokasi hotelnya memang persis dekat bandara. Jadi memang tepat menginap di sini untuk transit.
Hapus