Kenapa Kita Harus Beralih ke Angkutan Umum
Sebagai orang yang kini ber-KTP Jakarta, aku merasakan hidup penuh sesak dan drama di ibukota ini. Khususnya drama tentang kemacetan yang rasanya seumur hidup tidak akan pernah tamat. Namun, sebenarnya di balik drama itu, tersimpan cinta yang besar pada kota besar ini. Lihat saja, kota ini tidak pernah sepi kecuali Idul Fitri. Sekian banyak orang yang pergi meninggalkan Jakarta, tapi lebih banyak lagi yang datang dan tinggal. Itu artinya, Jakarta tak pernah kehilangan pesonanya. Macet itu adalah bukti kecintaan orang terhadap kota terpadat di Indonesia itu.
Sejak sekian tahun terakhir, pembangunan jalan di Jakarta dibenahi. Berbagai inovasi dilakukan biar penduduk kota besar ini hidup nyaman. Banyak momok sangar tentang kemacetan Jakarta. Yang pasti, pagi dan sore hari adalah jadwal terpadat jalanan Jakarta. Orang yang bekerja di Jakarta datang dari berbagai sudut, Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. Lihat kan, kata Bekasi saja diletakkan terakhir. Bukan berarti paling jauh, ya. Tapi lebih tepatnya paling padat karena keganasan macet ke arah Bekasi dimulai pukul 4 sore hingga 8 malam setiap hari kerja. Kita bisa menghabiskan waktu minimal 3 jam dari Jakarta Pusat ke Kota Bekasi. Kalau hujan, sudahlah, lebih baik menginap saja di tempat teman yang tinggalnya lebih dekat dengan kantor, kampus, atau sekolah. Tidak heran Bekasi dibilang planet lain, beda negara, dan butuh visa. Duh, sampai sebegitunya ya efek kemacetan Jakarta.
Beberapa waktu lalu, aku diajak diskusi sama Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) dan Kama Digital tentang kemacetan Jakarta yang sudah berada pada tahap kritis. BPTJ menjelaskan berbagai upaya sedang dilakukan oleh mereka demi kemacetan itu bisa terurai sedikit demi sedikit. Salah satunya adalah dengan mengajak masyarakat untuk kembali menggunakan kendaraan umum. Buat yang sudah lama tinggal di sekitar Jabodetabek, tentu sangat menyadari bahwa kini jalanan kita agak tersendat akibat pembangunan jalan di mana-mana. Ada jalan tol, pelebaran jalan, jalan layang, hingga rel LRT dan MRT. Bohong jika kita tidak bisa mengakui kalau kini infrastruktur transportasi di Jakarta makin baik. KRL sudah jauh lebih nyaman dibanding 10 tahun lalu. Jadi ingat, waktu kuliah di UI, beberapa kali akhir pekan mengadakan acara di Puncak dan harus naik kereta ke Bogor yang padatnya luar biasa. Orang-orang sampai bergelantungan di pintu kereta dan duduk di atap kereta. Itu, kan bahaya. Lalu, kini KRL disediakan lebih nyaman dengan full AC, gerbongnya ditambah, armadanya juga ditambah, dan disediakan gerbong khusus wanita.
Belum cukup dengan commuter line, Transjakarta juga dibenahi. Halte-halte busway direnovasi dan koridor juga ditambah. Tarifnya malah flat ke mana-mana. Yang lagi hangat-hangatnya dibahas sekarang adalah bis premium Transjabodetabek ke arah Bekasi. Katanya bis premium itu super nyaman, ber-AC, dan ada colokan mengingat kebutuhan orang pada ponsel sangat tinggi. Naik bis ke mana-mana sekarang sudah jauh lebih nyaman. Persebaran angkutan umum sudah mulai ditata. Apalagi jalur LRT dan MRT sebentar lagi akan diresmikan. Rasanya tidak ada lagi alasan kita untuk tidak menggunakan angkutan umum. Yang masih kurang sepertinya masalah ketepatan waktu, tapi sebagian besar juga didukung oleh pengguna kendaraan pribadi jauh lebih banyak. Keadaan ini masih perlu ditangani khusus oleh BPTJ. Masa pengguna kendaraan pribadi di Jakarta mencapai 60% dan 49% di dalamnya itu didominasi oleh motor. Pantas saja, drama macet Jakarta tidak ada habisnya. Memang sudah saatnya kita menggunakan angkutan umum.
Aku sendiri dulu adalah pengguna angkutan umum, seperti bis, KRL, dan angkot. Namun, berkali-kali kecewa karena tingkat kenyamanan rendah, menghabiskan waktu dan tenaga lebih besar, kurang aman karena copet ada di mana-mana, serta ongkosnya jadi lebih mahal. Aku pun selama 2 tahun beralih membawa kendaraan sendiri ke mana-mana. Macet sedikit tidak apa-apa, yang penting nyaman. Begitu pikirku, dulu. Sekarang aku sudah jauh lebih sadar kalau pemikiran semacam itu seharusnya dibalik. Apalagi angkutan umum sudah berbenah. Kenapa kita harus cepat-cepat beralih ke kendaraan umum? Ini alasannya.
1. Hemat waktu
Kalau tujuan kita adalah tempat-tempat yang berada di sekitar stasiun kereta, memang jauh lebih baik kita menggunakan KRL saja. Lebih cepat dan aman. Nggak perlu resah dengan kemacetan jalanan. Aku yang sekarang tinggal di kawasan Depok memilih naik KRL jika ada meeting di luar, misalnya di kawasan Tebet. KRL memang pilihan tepat. Nggak kebayang kalau aku menyetir mobil sendiri dari Depok ke Tebet. Pasti akan menghabiskan waktu 2 jam sendiri. Jika menggunakan KRL, aku cukup menghabiskan waktu 45 menit saja.2. Hemat biaya
Naik KRL dan Transjakarta sungguh murah meriah. Buat yang biasa pakai mobil ke mana-mana, cobain naik KRL dan Transjakarta berulang kali. Kita bisa menekan pengeluaran untuk ongkos di perjalanan. Beda, sih buat pengendara motor. Tapi lelah berkendara tidak sebanding dengan duduk manis atau berdiri di KRL atau Transjakarta yang full AC, ya.3. Hidup sehat
Dengan menggunakan jasa angkutan umum, kita jadi jauh lebih banyak berjalan kaki ke halte dan stasiun. Biar lebih panas, tapi kita lebih sehat. Kalau ke luar negeri saja, kita bisa senang-senang berjalan kaki berkilo-kilo meter dan tahan naik tram, subway, metro, atau bus ke mana-mana. Kenapa di Jakarta tidak bisa? Memang belum bisa disamakan, sih, infrastruktur trasnportasi di Jakarta dengan negara-negara besar di luar sana. Tapi, negara semacam Prancis saja butuh ratusan tahun membenahi kondisi trasnportasi mereka sehingga nyaman digunakan semua orang. Tentunya Jakarta, bahkan Indonesia juga bisa begitu. Kita hanya perlu bersabar. Anggap saja olahraga. Traveling selama ini mengajarkan kita untuk berkaca pada dunia dan menancapkan harapan yang tinggi untuk hidup lebih baik, bukan? Nah, Jakarta nggak akan bisa begitu kalau bukan dimulai dari kita.4. Banyak yang dapat dilakukan di angkutan umum dibanding mengendarai kendaraan sendiri
Pernah, nggak, kamu dikejar deadline sementara waktunya mepet? Atau tiba-tiba kamu harus terima telepon penting dari orang padahal kamu sedang menyetir? Aku pernah. Pernah waktu harus bimbingan tesis tapi drafnya belum sempurna. Aku naik KRL menuju kampus dan mengerjakan draf itu selama di perjalanan menggunakan tablet. Kebetulan KRL sedang kosong siang itu. Pernah pula ketika aku sedang terima telepon penting dari klien, syukurlah aku sedang di Transjakarta, jadi bisa mencatat poin penting dengan sigap di ponsel atau kertas kecil. Itu nggak akan bisa kulakukan kalau aku sedang menyetir mobil. Bahaya, kan. Angkutan umum bikin kita lebih leluasa melakukan sesuatu, mengatur waktu sendiri dan bisa menguji tingkat kepekaan kita lebih tinggi.PR BPTJ memang masih banyak demi keteraturan transportasi di wilayah Jabodetabek. Namun, PR itu dapat kita bantu dengan kembali menggunakan angkutan umum yang kini jauh lebih tertib. Dengan begitu, polusi pun bisa ditekan, bukan? Metode ganjil-genap saja lumayan berdampak dan mengurai macet meski persentasenya masih kecil. Pokoknya sudah saatnya kita mengkampanyekan #ayonaikbus dan #naikbusitukeren untuk #enjoypublictransport.
Rumah ku Deket dengan kota Jakarta. Tepat nya Bekasi.
BalasHapusTapi kalo ke Jakarta aku lebih milih dengan kendaraan Online hehe jujur ya
Mungkin Laen cerita kalo aku kerja di Jakarta,otomatis pasti bakal lebih milih naik kendaraan umum tapi kalo kemungkinan pny kendaraan pribadi bisa jadi bawa mobil pribadi hehehe..
Naik angkutan umum emang pilihan sih kak. Tapi siapa tahu ke depannya, sarana transportasi umum kita makin baik, jadi macetnya berkurang. :)
HapusAku sendiri ngga pandai mengendara baik motor apalagi roda 4... parah banget haha.
BalasHapusjadi yaa kosekuensinya harus naik angkutan umum. wkkwkk
Hahahaha. jadi itu alasannya... :D
HapusSetuju, yang jelas hemat biaya sih. Dan tentunya bagi yang nggak pernah naik kendaraan umum, harus coba. Karena akan merasakan sesasi yang berbeda :)
BalasHapusIya, emang bikin hemat biaya dan tenaga. APalagi jenis angkutan umumnya macam-macam dan sedang diusahakan menjangkau semua rute. Biar makin mudah kita ke mana-mana
HapusBelum pernah naik TJ yg klasik itu .belum kebagian haha .Eh tapi soal naik bus ini beneran deh bikin hidup lebih Irit Dan efisien
BalasHapusEmangnya busnya dibagi-bagi. hahaha. Rute vintage bus khusus di Sudirman Thamrin Kang. Coba deh nungguin dari sana aja, pasti suatu saat kebagian. :))
Hapus