Lihat Giant Panda di Taman Safari Indonesia
Makin ke sini, aku makin percaya bahwa Tuhan memang memeluk mimpi-mimpi kita, sekalipun itu adalah mimpi terkecil. Aku bukan anak yang lahir dan tumbuh di Jakarta atau sekitarnya. Aku cuma pendatang yang baru mengecap hidup di kota besar beberapa tahun terakhir. Dan, kamu tahu, aku belum pernah ke Taman Safari. Iya, Taman Safari yang di kawasan Puncak itu tuh.
Awal tahun, Junisatya sempat mencetuskan mengajakku ke Taman Safari. "Safari Night, yuk, Han."
Aku cuma bilang, "Oke, kita lihat aja nanti."
Lalu, bulan lalu aku dapat telepon dari seorang sahabat, "Gue punya voucher Safari Lodge dan bisa free pass masuk ke Taman Safari. Tapi nginepnya di Caravan. Mau nggak?"
Tanpa harus konfirmasi ke Junisatya, aku langsung bilang, "Oke. Bisa. Kuota 2 orang."
Aku merasa beruntung sekali dan kegirangan padahal cuma dapat tiket masuk Taman Safari aja, lho. Bukan tiket pesawat ke Tanzania atau Madagaskar. Kalau tiket pesawat, udah jingkrak-jingkrak kali. Ketika harinya tiba, berangkatlah kami dengan personil 4 orang menuju Puncak (bukan Akademi Fantasi).
Kami berangkat Jumat malam dan mulus tanpa macet. Dari pintu masuk Taman Safari, kami diarahkan ke Safari Lodge untuk check in caravan. Kami dapat tipe caravan yang family untuk 4 orang. Itu tipe paling kecil. Untuk review caravannya, aku cerita di post selanjutnya saja. Sekarang mau fokus cerita euforia ke Taman Safari dan ketemu panda.
Kami masuk Taman Safari siang esoknya. Setelah ngobrol dengan bagian humas Taman Safari dan dikasih free pass untuk masuk gerbang Taman Safari, mobil langsung merayap naik bergabung dengan mobil pengunjung lain. Wow, ini pertama kalinya aku ke Taman Safari dan super senang. Sebenarnya senang karena landscape hutan dan habitat hewannya cakep, memanjakan mata. Gratis pula. Sekawanan gajah menyambutku. Aku sudah pernah ketemu dan bersentuhan langsung dengan gajah Sumatera di Waykambas, Lampung. Namun, kerumunan gajah di Taman Safari ini rupanya banyak juga. Seru melihat mereka bersama. Setelah gajah, ada jenis rusa, banteng Amerika, dan kuda nil malas. Ada sekawanan unta yang menyapa kami di pinggir jalan. Ada antelop yang turun ke jalan dan minta disuapi makanan. Aku baru kali ini lihat langsung sekawanan antelop yang posturnya mirip kancil. Antelop jantan punya tanduk panjang dengan bulir melingkar. Meskipun tanduknya sangar, antelop bukanlah binatang buas, malah bikin gemas.
Selanjutnya, aku melihat beberapa ekor burung merak yang lagi nggak mau pamer bulu mekarnya. Lalu ada zebra yang freeze. Kok, bisa, ya zebra-zebra itu berdiri kaku bermenit-menit. Hebat. Ada sekawanan burung unta, jerapah yang kali ini berbeda dengan jerapah yang aku lihat di kebun binatang. Jerapah ini beneran kurus dan lehernya panjang sekali. Tapi habitatnya di sini kece sekali. Pasti jerapah ini bahagia.
Setelah melewati beberapa hewan yang jinak, alias bisa disodorin makanan macam sayur-sayuran, sampailah mobil kami di kawasan karnivora. Kami dilarang turun, buka jendela mobil, bahkan berhenti. Mobil dianjurkan jalan terus karena singa-singa dan harimau berkeliaran. Rasanya jantung ini mencelos melihat si raja hutan memperhatikan di pinggir jalan. Ada sekawanan singa betina di sekitarnya. Lucu, ya, ketika kita bersafari untuk melihat hewan-hewan buas ini, justru merekalah yang memperhatikan kita satu per satu. Mereka heran kali, ya, kok banyak mobil yang lewat dan begitu terus setiap akhir pekan. "Maunya apa manusia-manusia ini? Dimangsa nggak mau, tapi berani sekali mendekat."
Sekawanan singa memperhatikan kami. Ada singa-singa yang berada di balik jendela kaca (yang di dalam ini yang tampangnya lebih sangar). Ada pula singa-singa yang dilepas begitu saja. Saat mobil kami menyusuri jalanan, ada singa betina mendekat ke jendela. Tampangnya biasa saja, tapi karena aku tahu dia singa, aku langsung ketar-ketir. Jangan remehkan singa betina.
Dari area kawanan singa, kami masuk ke area harimau. Meskipun singa adalah raja hutan, postur badan harimau jauh lebih besar. Sebenarnya saat melihat harimau, aku langsung teringat, Goku, kucing persiaku di rumah. Eh, tapi ini kan harimau ya, nggak bisa dicolek-colek. Aturan memasuki area ini juga masih sama, dilarang berhenti, buka jendela, dan memberi makan kalau tidak mau hilang diterkam. Di beberapa sudut, ada harimau putih yang terkenal di cerita silat. Harimau putih yang muncul cuma 2 ekor dan terlihat malas. Mungkin mereka belum tidur siang. Sisanya ada cheetah, macan tutul, dan beruang yang juga lagi malas-malasnya. Mungkin lebih asyik saat safari night kalau ingin melihat mereka aktif.
Puas bersafari, saatnya kami mencari jalan menuju lokasi panda. Lokasinya tersendiri berada di lereng bukit yang merupakan bagian dari Gunung Gede-Pangrango. Kami diminta untuk parkir mobil dan naik shuttle bus yang mengangkut pengunjung ke area Istana Panda Indonesia. Aku antusias sekali saat mengantre di halte, lalu naik shuttle bus dan melewati lereng bukit yang kini sudah ditanami berbagai jenis bambu. Dalam perjalanan menuju istana panda, sang sopir bus menceritakan sekilas tentang kebiasaan panda yang sekarang dikonservasi di Indonesia. Panda yang akan kami kunjungi adalah giant panda yang bisa menghabiskan 20 kg bambu dalam sehari. Gimana nggak giant tuh badan. Sejak menjalin kerja sama dengan lembaga konservasi panda di China, pengelola Taman Safari mulai menanam berbagai jenis bambu sejak 3 tahun terakhir. Kelihatan, sih, bambunya masih kecil-kecil.
Kawasan Istana Panda didesain khusus berupa bangunan bergaya arsitektur Tiongkok. Kupikir ini klenteng, ternyata bukan. Kami diturunkan di halte dan disambut dengan pemandangan hijau lereng Gunung Gede-Pangrango. Kabut tipis turun dan suhu di sini memang lebih dingin, cocok sebagai habitat panda. Pengunjung digiring masuk ke gedung merah dan naik ke lantai 2. Di sana antrean lumayan panjang. Sembari mengantre, kita bisa menonton video kehidupan panda selama ini di China dan bagaimana populasinya semakin menipis karena bencana alam. Panda termasuk dalam keluarga beruang. Karena warnanya beda sendiri, makanya disebut panda. Ada beberapa spot foto keren kalau kamu bosan mengantre. Awalnya aku bertanya-tanya, kami mengantre apa ya sebenarnya?
Rupanya kami digiring ke ruang edukasi yang menjelaskan riwayat panda, klan panda yang, dan perawatan panda. Setelah itu, kami masuk ke studio yang menayangkan video kerja sama Indonesia (Taman Safari) dengan pemerintah China untuk mengangkut giant panda ke Indonesia bulan September 2017. Tujuannya untuk konservasi dan edukasi, tentunya. Di video, ditampilkan pula bagaimana penyambutan panda ini saat sampai di bandara. Heboh ya, ada semprotan air untuk menyambut panda-panda dari China ini. Segitu istimewanya mereka. Mereka datang menggunakan maskapai Garuda. Ya ampun, aku aja jarang-jarang bisa terbang menggunakan Garuda kalau lagi nggak promo.
FYI, giant panda yang dibawa ke Indonesia ini ada 2 ekor, namanya Cai Tao dan Hu Chun. Kedua giant panda ini didaulat sebagai ambassador kaum panda untuk Indonesia. Astaga, aku geli mendengarnya. Panda bisa jadi ambassador? (Lalu membayangkan tingkah bodoh dan malas si panda yang nggak peduli dengan jabatan besar yang dia emban). Sebelum dibuka untuk umum, giant panda ini dikarantina dulu agar terbiasa dengan atmosfer di Taman Safari.
Setelah video diputar, kami pun digiring ke alam terbuka tempat si panda ini berada, dan mereka lagi sama-sama... tidur pulas. Oke, aku jauh-jauh ke sini melihat si duta panda yang lagi asyik tidur siang. Sesekali Cai Tao bergerak telungkup dan telentang. Sementara Hu Chun yang sengaja dipisah karena ada saatnya nanti mereka tinggal bersama, malah meringkuk di pojokan. Kami dipisahkan oleh dinding kaca saat melihat si panda ini tidur. Iya, tidur. Cuma itu yang dilakukan si panda, kalau nggak makan, ya tidur.
Aku berpindah ke area red panda. Postur badannya seperti musang, punya kumis seperti kucing, dan punya ekor tebal dan panjang seperti kemoceng. Red panda ini juga 2 ekor dikembangbiakkan di Taman Safari. Mereka jauh lebih menggemaskan daripada giant panda yang lagi tidur itu karena karakternya lebih aktif. Kita bisa memberi makan red panda ini dengan ketentua khusus dan harus ditemani oleh petugas. Seru melihat red panda ini bermain dan makan. Rasanya ingin bawa pulang. Junisatya agak lama berdiri di arena bermain red panda karena tingkah gemas mereka. Aku malah ingin gelar sleeping bag cuma demi bisa bermain langsung dengan binatang lucu jenis beruang bertubuh paling kecil ini.
Semoga panda-panda ini betah ya tinggal di Indonesia, dapat dirawat dengan baik, dan bahagia. Selama ini panda cuma bisa kita lihat di video Youtube dan TV. Panda memang menjadi salah satu spesies yang dilindungi di tingkat internasional. Sebuah tantangan besar saat Taman Safari mengantongi izin mengembangbiakkan binatang lucu asal negeri China ini. Untuk datang melihat si panda, sebaiknya datang pada waktu makan mereka yang 4x sehari. Jangan sepertiku, datang pas mereka sedang tidur.
HTM Taman Safari : Rp180.000,- weekend
HTM Istana Panda : Rp50.000,- weekend (tiket dapat dibeli sepaket di pintu masuk Taman Safari)
Awal tahun, Junisatya sempat mencetuskan mengajakku ke Taman Safari. "Safari Night, yuk, Han."
Aku cuma bilang, "Oke, kita lihat aja nanti."
Lalu, bulan lalu aku dapat telepon dari seorang sahabat, "Gue punya voucher Safari Lodge dan bisa free pass masuk ke Taman Safari. Tapi nginepnya di Caravan. Mau nggak?"
Tanpa harus konfirmasi ke Junisatya, aku langsung bilang, "Oke. Bisa. Kuota 2 orang."
Aku merasa beruntung sekali dan kegirangan padahal cuma dapat tiket masuk Taman Safari aja, lho. Bukan tiket pesawat ke Tanzania atau Madagaskar. Kalau tiket pesawat, udah jingkrak-jingkrak kali. Ketika harinya tiba, berangkatlah kami dengan personil 4 orang menuju Puncak (bukan Akademi Fantasi).
Sambil nunggu antrean panda, ada spot foto bagus di Istana Panda. |
Kami berangkat Jumat malam dan mulus tanpa macet. Dari pintu masuk Taman Safari, kami diarahkan ke Safari Lodge untuk check in caravan. Kami dapat tipe caravan yang family untuk 4 orang. Itu tipe paling kecil. Untuk review caravannya, aku cerita di post selanjutnya saja. Sekarang mau fokus cerita euforia ke Taman Safari dan ketemu panda.
Kami masuk Taman Safari siang esoknya. Setelah ngobrol dengan bagian humas Taman Safari dan dikasih free pass untuk masuk gerbang Taman Safari, mobil langsung merayap naik bergabung dengan mobil pengunjung lain. Wow, ini pertama kalinya aku ke Taman Safari dan super senang. Sebenarnya senang karena landscape hutan dan habitat hewannya cakep, memanjakan mata. Gratis pula. Sekawanan gajah menyambutku. Aku sudah pernah ketemu dan bersentuhan langsung dengan gajah Sumatera di Waykambas, Lampung. Namun, kerumunan gajah di Taman Safari ini rupanya banyak juga. Seru melihat mereka bersama. Setelah gajah, ada jenis rusa, banteng Amerika, dan kuda nil malas. Ada sekawanan unta yang menyapa kami di pinggir jalan. Ada antelop yang turun ke jalan dan minta disuapi makanan. Aku baru kali ini lihat langsung sekawanan antelop yang posturnya mirip kancil. Antelop jantan punya tanduk panjang dengan bulir melingkar. Meskipun tanduknya sangar, antelop bukanlah binatang buas, malah bikin gemas.
Selanjutnya, aku melihat beberapa ekor burung merak yang lagi nggak mau pamer bulu mekarnya. Lalu ada zebra yang freeze. Kok, bisa, ya zebra-zebra itu berdiri kaku bermenit-menit. Hebat. Ada sekawanan burung unta, jerapah yang kali ini berbeda dengan jerapah yang aku lihat di kebun binatang. Jerapah ini beneran kurus dan lehernya panjang sekali. Tapi habitatnya di sini kece sekali. Pasti jerapah ini bahagia.
Jerapahnya gede. |
Aku suka sama tanduknya. |
Unta-unta yang punya 2 punduk. |
Si harimau malas di pinggir jalan. |
Setelah melewati beberapa hewan yang jinak, alias bisa disodorin makanan macam sayur-sayuran, sampailah mobil kami di kawasan karnivora. Kami dilarang turun, buka jendela mobil, bahkan berhenti. Mobil dianjurkan jalan terus karena singa-singa dan harimau berkeliaran. Rasanya jantung ini mencelos melihat si raja hutan memperhatikan di pinggir jalan. Ada sekawanan singa betina di sekitarnya. Lucu, ya, ketika kita bersafari untuk melihat hewan-hewan buas ini, justru merekalah yang memperhatikan kita satu per satu. Mereka heran kali, ya, kok banyak mobil yang lewat dan begitu terus setiap akhir pekan. "Maunya apa manusia-manusia ini? Dimangsa nggak mau, tapi berani sekali mendekat."
Sekawanan singa memperhatikan kami. Ada singa-singa yang berada di balik jendela kaca (yang di dalam ini yang tampangnya lebih sangar). Ada pula singa-singa yang dilepas begitu saja. Saat mobil kami menyusuri jalanan, ada singa betina mendekat ke jendela. Tampangnya biasa saja, tapi karena aku tahu dia singa, aku langsung ketar-ketir. Jangan remehkan singa betina.
Dari area kawanan singa, kami masuk ke area harimau. Meskipun singa adalah raja hutan, postur badan harimau jauh lebih besar. Sebenarnya saat melihat harimau, aku langsung teringat, Goku, kucing persiaku di rumah. Eh, tapi ini kan harimau ya, nggak bisa dicolek-colek. Aturan memasuki area ini juga masih sama, dilarang berhenti, buka jendela, dan memberi makan kalau tidak mau hilang diterkam. Di beberapa sudut, ada harimau putih yang terkenal di cerita silat. Harimau putih yang muncul cuma 2 ekor dan terlihat malas. Mungkin mereka belum tidur siang. Sisanya ada cheetah, macan tutul, dan beruang yang juga lagi malas-malasnya. Mungkin lebih asyik saat safari night kalau ingin melihat mereka aktif.
Puas bersafari, saatnya kami mencari jalan menuju lokasi panda. Lokasinya tersendiri berada di lereng bukit yang merupakan bagian dari Gunung Gede-Pangrango. Kami diminta untuk parkir mobil dan naik shuttle bus yang mengangkut pengunjung ke area Istana Panda Indonesia. Aku antusias sekali saat mengantre di halte, lalu naik shuttle bus dan melewati lereng bukit yang kini sudah ditanami berbagai jenis bambu. Dalam perjalanan menuju istana panda, sang sopir bus menceritakan sekilas tentang kebiasaan panda yang sekarang dikonservasi di Indonesia. Panda yang akan kami kunjungi adalah giant panda yang bisa menghabiskan 20 kg bambu dalam sehari. Gimana nggak giant tuh badan. Sejak menjalin kerja sama dengan lembaga konservasi panda di China, pengelola Taman Safari mulai menanam berbagai jenis bambu sejak 3 tahun terakhir. Kelihatan, sih, bambunya masih kecil-kecil.
Kawasan Istana Panda didesain khusus berupa bangunan bergaya arsitektur Tiongkok. Kupikir ini klenteng, ternyata bukan. Kami diturunkan di halte dan disambut dengan pemandangan hijau lereng Gunung Gede-Pangrango. Kabut tipis turun dan suhu di sini memang lebih dingin, cocok sebagai habitat panda. Pengunjung digiring masuk ke gedung merah dan naik ke lantai 2. Di sana antrean lumayan panjang. Sembari mengantre, kita bisa menonton video kehidupan panda selama ini di China dan bagaimana populasinya semakin menipis karena bencana alam. Panda termasuk dalam keluarga beruang. Karena warnanya beda sendiri, makanya disebut panda. Ada beberapa spot foto keren kalau kamu bosan mengantre. Awalnya aku bertanya-tanya, kami mengantre apa ya sebenarnya?
Panda itu masih keluarga beruang. |
Rupanya kami digiring ke ruang edukasi yang menjelaskan riwayat panda, klan panda yang, dan perawatan panda. Setelah itu, kami masuk ke studio yang menayangkan video kerja sama Indonesia (Taman Safari) dengan pemerintah China untuk mengangkut giant panda ke Indonesia bulan September 2017. Tujuannya untuk konservasi dan edukasi, tentunya. Di video, ditampilkan pula bagaimana penyambutan panda ini saat sampai di bandara. Heboh ya, ada semprotan air untuk menyambut panda-panda dari China ini. Segitu istimewanya mereka. Mereka datang menggunakan maskapai Garuda. Ya ampun, aku aja jarang-jarang bisa terbang menggunakan Garuda kalau lagi nggak promo.
FYI, giant panda yang dibawa ke Indonesia ini ada 2 ekor, namanya Cai Tao dan Hu Chun. Kedua giant panda ini didaulat sebagai ambassador kaum panda untuk Indonesia. Astaga, aku geli mendengarnya. Panda bisa jadi ambassador? (Lalu membayangkan tingkah bodoh dan malas si panda yang nggak peduli dengan jabatan besar yang dia emban). Sebelum dibuka untuk umum, giant panda ini dikarantina dulu agar terbiasa dengan atmosfer di Taman Safari.
Setelah video diputar, kami pun digiring ke alam terbuka tempat si panda ini berada, dan mereka lagi sama-sama... tidur pulas. Oke, aku jauh-jauh ke sini melihat si duta panda yang lagi asyik tidur siang. Sesekali Cai Tao bergerak telungkup dan telentang. Sementara Hu Chun yang sengaja dipisah karena ada saatnya nanti mereka tinggal bersama, malah meringkuk di pojokan. Kami dipisahkan oleh dinding kaca saat melihat si panda ini tidur. Iya, tidur. Cuma itu yang dilakukan si panda, kalau nggak makan, ya tidur.
Namanya Cai Tao, si ambassador giant panda. |
Hu Chun juga lagi tidur. |
Red panda yang menggemaskan. |
Aku berpindah ke area red panda. Postur badannya seperti musang, punya kumis seperti kucing, dan punya ekor tebal dan panjang seperti kemoceng. Red panda ini juga 2 ekor dikembangbiakkan di Taman Safari. Mereka jauh lebih menggemaskan daripada giant panda yang lagi tidur itu karena karakternya lebih aktif. Kita bisa memberi makan red panda ini dengan ketentua khusus dan harus ditemani oleh petugas. Seru melihat red panda ini bermain dan makan. Rasanya ingin bawa pulang. Junisatya agak lama berdiri di arena bermain red panda karena tingkah gemas mereka. Aku malah ingin gelar sleeping bag cuma demi bisa bermain langsung dengan binatang lucu jenis beruang bertubuh paling kecil ini.
Semoga panda-panda ini betah ya tinggal di Indonesia, dapat dirawat dengan baik, dan bahagia. Selama ini panda cuma bisa kita lihat di video Youtube dan TV. Panda memang menjadi salah satu spesies yang dilindungi di tingkat internasional. Sebuah tantangan besar saat Taman Safari mengantongi izin mengembangbiakkan binatang lucu asal negeri China ini. Untuk datang melihat si panda, sebaiknya datang pada waktu makan mereka yang 4x sehari. Jangan sepertiku, datang pas mereka sedang tidur.
Istana Panda Indonesia serasa di negeri China. |
HTM Taman Safari : Rp180.000,- weekend
HTM Istana Panda : Rp50.000,- weekend (tiket dapat dibeli sepaket di pintu masuk Taman Safari)
Red panda ?? Aku baru dengar loh mba ? Bentuknya jg baru liat :p
BalasHapusAku juga baru tahu pas ke Taman Safari dan melihat langsung. Ternyata binatangnya tergemes...
Hapuswahhh seru nih udah dari orangnya langsung yang bilang, harus kesana nih liburan dan melihat langsung serunya dan gemesnya :v
HapusNggak foto sama monyet? Atau harimau?
BalasHapusYah, nanti Goku ngambek kalau tau gue foto sama harimau... :)))
HapusFoto-fotonya cakep bener Hanum. Ini kalau gak ada tulisannya, orang bisa nyangka di China atau malah Afrika ya (pas liat jerapahnya)
BalasHapusAh bisa aja nih Omnduut. Aku gak banyak dapat momen yang binatangnya lagi mendekat, jadinya seadanya deh. Tapi jerapah emang photogenic kalau difoto. :)
HapusBaca postinganmu ini kujadi ingin main ke taman safari kaaak... Lihat panda gemees :D
BalasHapusCheers,
Dee - heydeerahma.com
Aku pengen sering-sering nengokin red panda. tapi mahal htm nya. hiks...
HapusAku udah lamaaa banget ke Taman Safari! Waktu itu masih jaman sekolah. Sama, aku juga lebih suka sama Red Panda.
BalasHapusKalo Night Safari bisa liat "yang lain" juga nggak yaaa xD
Hmm. Mungkin kalau lihat langsung engga, tapi ketangkep di kamera. *eh
Hapusaaa gemes pengen liat panda jugaaaa :O udah nunggu nunggu kehadiran si panda dari 2014 sekalinya udah ada malah nggak bisa jalan jalan kesana huhhu
BalasHapusAyo kak ke sana. Ntar keburu pandanya pulang lagi lho ke China. :D
Hapusfotonya cakep2. gak berasa kaya di taman safari :D
BalasHapusPadahal itu ambil fotonya sekenanya aja. Alhamdulillah hasilnya beberapa bagus. Tapi banyak juga yang failed. :D
Hapuspanda itu kalau lihat di tipi lucu ...
BalasHapustapi kalau lihat langsung dr deket, serem juga
heuheuheu
Hahaha, karena jenis giant panda ya, badannya gede banget. :))
Hapus