Gempuran Teror di Film Sebelum Iblis Menjemput
Mumpung masih segar di kepala, aku ingin menulis review film Sebelum Iblis Menjemput. Jarang sekali aku mau menulis review film horor di blog ini. Ngerinya blog ini jadi laman horor. Tapi aku sangat mengapresiasi film yang dimainkan oleh Chelsea Islan dan Pevita Pearce ini.
Meski nontonnya telat, baru minggu ke-3 sejak film pertama kali naik layar, akhirnya rasa penasaranku terhadap film ini terbayar. Dari sekian banyak film horor yang tayang pertengahan tahun 2018, entah kenapa, aku tertarik dengan film ini. Tertariknya hanya karena Chelsea Islan main di situ dan penasaran dengan duet mautnya dengan Pevita Pearce. Akan jadi apa ya Chelsea Islan main film horor? Aku mau menonton film ini lantaran dengan keyakinan bahwa Chelsea Islan tidak akan main-main dalam memilih film. Setidaknya jika aku kecewa dengan filmnya, aku nggak kecewa dengan performa akting Chelsea Islan.
Lalu, apakah Sebelum Iblis Menjemput mengecewakan? Tidak sama sekali. Scene awal film ini sudah membuat penontonnya gelisah. Kegelisahan itu tidak lantas berhenti di situ. Seakan tidak puas, filmmaker tidak ingin penontonnya tenang. Gempuran kejutan ketakutan alias jumpscare terus menghantui setiap scene. Film ini bercerita tentang seorang bapak yang ingin kaya dan menyerahkan diri pada pesugihan. Dia lantas menukar kebahagiaan keluarganya demi kekayaan. Anak dan istri pertama ditinggal, malah istri pertamanya dijadikan tumbal untuk pesugihan. Lalu ia menikah lagi dengan janda yang juga artis terkenal pada masanya. Belasan tahun kemudian, si bapak, Lesmana, jatuh miskin dan sakit parah. Ia terbaring di rumah sakit dengan kondisi yang tak dapat dijelaskan oleh dokter. Aku langsung menyimpulkan, pasti ada satu tumbal yang tidak mau diserahkan oleh Lesmana. Akibatnya, Alfie (Chelsea Islan), anak dari istri pertamanya mulai dihantui oleh kisah kelam di masa lalunya. Sementara itu, Maya (Pevita Pearce) yang merupakan anak bawaan dari istri kedua Lesmana berusaha berbaik-baik diri dengan Alfie agar Alfie mengizinkan mereka masuk ke vila Lesmana untuk mencari sisa dokumen kekayaan Lesmana. Dari vila itulah, cerita horor dimulai.
Tanpa sengaja, Alfie dan ibu tiri serta anak-anaknya bertemu di vila Lesmana saat Lesmana masih terbaring sakit di rumah sakit. Alfie datang untuk mengenang masa lalunya yang indah bersama ibunya. Sementara Maya, ibunya, dan saudara-saudaranya datang untuk menggeledah rumah itu. Mereka yang kini jatuh miskin harus tetap bisa survive dan mencoba mencari aset lain dari bapak mereka. Namun, keserakahan itu berakhir nahas. Mama mereka (Karina Suwandi) menjadi korban pertama. Di sinilah ketakutan penonton digiring pertama kali. Tak hanya permainan gambar yang bikin kita terperanjat berkali-kali, permainan suara menjadi faktor penting keberhasilan film ini menebar teror. Suara-suara monster, tingkah Mama Maya yang jadi zombie penuh darah, adegan hujan dan lumpur jadi semakin mencekam. Muntah darah yang menyembur ke muka diperlihatkan senyata mungkin. Adegan tarik-menarik dan gesekan kuku hingga patah yang bikin ngilu cukup membuatkan mengencangkan rahang. Lalu yang paling juara adalah adegan ibu kandung Alfie yang merobek mukanya sendiri, pencabutan kepala hingga putus, serta adegan Maya memelintir anggota tubuh saudaranya lewat boneka santet dengan bunyi tulang patah. Gempuran teror pesugihan dan tumbal juga mengiringi semua peristiwa itu. Penempatan teror dan kejutan diletakkan pada bagian yang pas, sehingga kemunculannya tak bisa ditebak.
Pada akhirnya cerita akan mengantar kita pada duel antara Alfie dan Maya yang memainkan boneka santet diri mereka masing-masing dan keluarga yang seakan telah terdaftar sebagai tumbal. Sepertinya memang film ini takkan berhenti menampilkan teror demi teror di sepanjang cerita. Bahkan, keberpihakan kita pada tokoh pun jadi ikut dipertanyakan. Semua punya sifat kelam di balik sisi baiknya. Tokoh Ruben yang merupakan saudara kandung Maya juga dibuat gamang. Meskipun di bawah payung saudara, mereka satu sama lain saling menikam karena kehilangan kepercayaan terhadap satu dan yang lain.
Teriakan Alfie, jeritan Nara, ketawa Maya, dan keresahan Ruben terus menghantui penonton sepanjang film. Belum lagi saat mereka harus berhadapan dengan iblis yang sebenarnya. Penyembah pesugihan itu sendiri sudah dibunuh oleh Lesmana dan dikubur di salah satu ruangan gelap di vila itu. Alfie harus memecahkan kunci teror di rumahnya itu. Bagaimana mereka bisa keluar dari vila gelap itu dengan tenang? Apa sebenarnya yang diminta oleh iblis itu?
Apa arti pesugihan itu sepertinya tidak lagi penting di dalam cerita. Sebab musabab kematian demi kematian dan misteri dari tindakan Lesmana yang haus harta dibiarkan menguap. Bahkan kematian Lesmana sendiri di rumah sakit akibat rambut yang muncul secara gaib dari mulutnya juga tidak menjadi berita. Hanya menjadi adegan mencengangkan dan mengerikan yang ditampilkan film untuk kita. Tapi cukup membuat syok. Film menyajikan teror demi teror, entah karena darah, karena rambut, karena boneka santet, atau suara monster yang semua itu diramu dalam gempuran kejutan ketakutan yang bikin kita gelisah terus sampai film selesai.
Sebelum Iblis Menjemput jadi film horor thriller yang bersimbah darah. Chelsea Islan dan Pevita Pearce menjadi sorotanku di sepanjang film. Penampilan mereka sama sekali tidak mengecewakan. Mereka berdua saling mengisi sehingga memperkuat drama dalam cerita. Chelsea dan Pevita bisa dibilang sukses menebar teror sepanjang film. Aku acungi jempol untuk film ini.
Skor film 8/10
Meski nontonnya telat, baru minggu ke-3 sejak film pertama kali naik layar, akhirnya rasa penasaranku terhadap film ini terbayar. Dari sekian banyak film horor yang tayang pertengahan tahun 2018, entah kenapa, aku tertarik dengan film ini. Tertariknya hanya karena Chelsea Islan main di situ dan penasaran dengan duet mautnya dengan Pevita Pearce. Akan jadi apa ya Chelsea Islan main film horor? Aku mau menonton film ini lantaran dengan keyakinan bahwa Chelsea Islan tidak akan main-main dalam memilih film. Setidaknya jika aku kecewa dengan filmnya, aku nggak kecewa dengan performa akting Chelsea Islan.
Sosok Alfie di Film Sebelum Iblis Menjemput. (foto diambil dari sini) |
Lalu, apakah Sebelum Iblis Menjemput mengecewakan? Tidak sama sekali. Scene awal film ini sudah membuat penontonnya gelisah. Kegelisahan itu tidak lantas berhenti di situ. Seakan tidak puas, filmmaker tidak ingin penontonnya tenang. Gempuran kejutan ketakutan alias jumpscare terus menghantui setiap scene. Film ini bercerita tentang seorang bapak yang ingin kaya dan menyerahkan diri pada pesugihan. Dia lantas menukar kebahagiaan keluarganya demi kekayaan. Anak dan istri pertama ditinggal, malah istri pertamanya dijadikan tumbal untuk pesugihan. Lalu ia menikah lagi dengan janda yang juga artis terkenal pada masanya. Belasan tahun kemudian, si bapak, Lesmana, jatuh miskin dan sakit parah. Ia terbaring di rumah sakit dengan kondisi yang tak dapat dijelaskan oleh dokter. Aku langsung menyimpulkan, pasti ada satu tumbal yang tidak mau diserahkan oleh Lesmana. Akibatnya, Alfie (Chelsea Islan), anak dari istri pertamanya mulai dihantui oleh kisah kelam di masa lalunya. Sementara itu, Maya (Pevita Pearce) yang merupakan anak bawaan dari istri kedua Lesmana berusaha berbaik-baik diri dengan Alfie agar Alfie mengizinkan mereka masuk ke vila Lesmana untuk mencari sisa dokumen kekayaan Lesmana. Dari vila itulah, cerita horor dimulai.
Tanpa sengaja, Alfie dan ibu tiri serta anak-anaknya bertemu di vila Lesmana saat Lesmana masih terbaring sakit di rumah sakit. Alfie datang untuk mengenang masa lalunya yang indah bersama ibunya. Sementara Maya, ibunya, dan saudara-saudaranya datang untuk menggeledah rumah itu. Mereka yang kini jatuh miskin harus tetap bisa survive dan mencoba mencari aset lain dari bapak mereka. Namun, keserakahan itu berakhir nahas. Mama mereka (Karina Suwandi) menjadi korban pertama. Di sinilah ketakutan penonton digiring pertama kali. Tak hanya permainan gambar yang bikin kita terperanjat berkali-kali, permainan suara menjadi faktor penting keberhasilan film ini menebar teror. Suara-suara monster, tingkah Mama Maya yang jadi zombie penuh darah, adegan hujan dan lumpur jadi semakin mencekam. Muntah darah yang menyembur ke muka diperlihatkan senyata mungkin. Adegan tarik-menarik dan gesekan kuku hingga patah yang bikin ngilu cukup membuatkan mengencangkan rahang. Lalu yang paling juara adalah adegan ibu kandung Alfie yang merobek mukanya sendiri, pencabutan kepala hingga putus, serta adegan Maya memelintir anggota tubuh saudaranya lewat boneka santet dengan bunyi tulang patah. Gempuran teror pesugihan dan tumbal juga mengiringi semua peristiwa itu. Penempatan teror dan kejutan diletakkan pada bagian yang pas, sehingga kemunculannya tak bisa ditebak.
Sosok Maya di Sebelum Iblis Menjemput. (Foto diambil dari sini) |
Pada akhirnya cerita akan mengantar kita pada duel antara Alfie dan Maya yang memainkan boneka santet diri mereka masing-masing dan keluarga yang seakan telah terdaftar sebagai tumbal. Sepertinya memang film ini takkan berhenti menampilkan teror demi teror di sepanjang cerita. Bahkan, keberpihakan kita pada tokoh pun jadi ikut dipertanyakan. Semua punya sifat kelam di balik sisi baiknya. Tokoh Ruben yang merupakan saudara kandung Maya juga dibuat gamang. Meskipun di bawah payung saudara, mereka satu sama lain saling menikam karena kehilangan kepercayaan terhadap satu dan yang lain.
Teriakan Alfie, jeritan Nara, ketawa Maya, dan keresahan Ruben terus menghantui penonton sepanjang film. Belum lagi saat mereka harus berhadapan dengan iblis yang sebenarnya. Penyembah pesugihan itu sendiri sudah dibunuh oleh Lesmana dan dikubur di salah satu ruangan gelap di vila itu. Alfie harus memecahkan kunci teror di rumahnya itu. Bagaimana mereka bisa keluar dari vila gelap itu dengan tenang? Apa sebenarnya yang diminta oleh iblis itu?
Apa arti pesugihan itu sepertinya tidak lagi penting di dalam cerita. Sebab musabab kematian demi kematian dan misteri dari tindakan Lesmana yang haus harta dibiarkan menguap. Bahkan kematian Lesmana sendiri di rumah sakit akibat rambut yang muncul secara gaib dari mulutnya juga tidak menjadi berita. Hanya menjadi adegan mencengangkan dan mengerikan yang ditampilkan film untuk kita. Tapi cukup membuat syok. Film menyajikan teror demi teror, entah karena darah, karena rambut, karena boneka santet, atau suara monster yang semua itu diramu dalam gempuran kejutan ketakutan yang bikin kita gelisah terus sampai film selesai.
Sebelum Iblis Menjemput jadi film horor thriller yang bersimbah darah. Chelsea Islan dan Pevita Pearce menjadi sorotanku di sepanjang film. Penampilan mereka sama sekali tidak mengecewakan. Mereka berdua saling mengisi sehingga memperkuat drama dalam cerita. Chelsea dan Pevita bisa dibilang sukses menebar teror sepanjang film. Aku acungi jempol untuk film ini.
Skor film 8/10
Komentar
Posting Komentar