Cerita Ulang Tahun di Kebun Buah Mangunan Yogyakarta
Yogyakarta selalu memberikan warna cerita pada siapa saja yang datang mengunjunginya. Mulai dari alam, budaya, kuliner, dan kehidupan lokalnya yang menjadi oleh-oleh memori kolektif yang bisa dibawa pulang. Kalau bahas wisata Indonesia, setiap daerah memang tidak ada yang sama. Jadi pasti seru, setiap jalan selalu bawa pulang rona yang berbeda.
Aku pernah berjanji bakalan menulis tuntas tentang trip-ku ke Yogyakarta beberapa waktu lalu. Baru kesampaian sekarang. Maaf, ya. Kalau dimaafkan, aku mulai ya. Kalau nggak dimaafkan, silakan pindah ke cerita perjalanan aku yang lain aja. :)
Aku mau cerita tentang pagi di Kebun Buah Mangunan, pagi cerah tepat pada hari ulang tahunku. Lebih tepatnya tentang mengejar fajar di Mangunan. Cerita hari itu dimulai dengan aku yang bangun malas-malasan di sebuah hostel di pusat Kota Yogyakarta. Masih pukul 4 pagi. Aku lantas tidur lagi. Rasanya berat buat mengejar fajar di kawasan Imogiri. Lalu, Avi, roomate setiaku kalau jalan bareng menarikku dari tempat tidur malas itu. Dengan beberapa pertimbangan, seperti cowok-cowok di kamar berbeda sudah siap menerjang subuh dan hari itu kami akan fullday di lingkungan yang segar, aku pun melek. Tanpa mandi (informasi penting untuk dibagi bahwa mandi itu nggak wajib kok), hanya gosok gigi dan ganti pakaian, aku dan Avi turun ke lobi. Di sana sudah menunggu Junisatya (seperti biasa jadi partnerku ke mana-mana) dan Eko yang waktu itu cuma sebatas pacarnya Avi, belum jadi suami. Kami siap dengan 2 motor yang akan melaju ke kawasan Imogiri, sekitar 1 jam dari pusat Kota Yogyakarta.
Sudah pukul 5 pagi. Sayup-sayup, langit sudah mulai terang. Dengan berbekal Google Map, kami meninggalkan pusat kota dan masuk ke kawasan yang jalannya sedikit berliku dan menanjak. Jalanan masih sangat sepi. Dingin memelukku erat, seerat peganganku pada pinggang Junisatya yang mengendarai motor dengan kecepatan 60 km/jam. Diam-diam dia juga gemetaran melaju dengan motor sepagi ini, ke dataran tinggi pula. Tak sulit menemukan jalur yang benar menuju Kebun Buah Mangunan. Jaraknya memang lumayan jauh tapi begitu memasuki kawasan hutan Imogiri, hati ini menjadi senang. Senang ketemu hutan dan pohon-pohon besar. Senang berada di kawasan yang terlindungi dari polusi.
Kami memasuki jalanan sempit yang mengarah pada gerbang objek wisata Kebun Buah Mangunan. Kebun buah ini berada di kawasan Kabupaten Bantul, tepatnya di Jalan Imogiri-Dlingo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Meski namanya kebun buah, bukan berarti kami bebas memetik buahnya. Malah tidak dianjurkan. Lagipula, saat aku ke sana, belum ada tanaman yang berbuah. Kami parkir di area parkir yang tidak jauh dari puncak Kebun Buah Mangunan dengan biaya retribusi Rp5.000,00 saja. Dengan jalan menanjak sedikit, kami sudah berada di pinggir panorama yang cantik. Matahari sudah terlanjur tinggi. Namun, karena kami berada di ketinggian 150-200 mdpl, panorama yang terlihat sungguh menyegarkan mata. Masih ada sayup-sayup lembah yang tertutupi awan. Tidak terlalu tebal karena angin menggiringnya ke tempat lain.
Sembari menunggu langit semakin cerah, aku memilih duduk di saung-saung yang tersedia persis di pinggir panorama. Ada beberapa saung dan warung tersedia di sana dan kebetulan sekali 1 saung kosong. Jadilah aku langsung ambil posisi selonjoran sembari menikmati angin pagi yang membelai-belai pipi malu-malu. Aku jadi terkantuk-kantuk lagi. Masih pukul 6.30. Junisatya lantas memesan minuman hangat untuk kami berempat dan pecel untuk sarapan. Makan pecel di Jogja tentu menu sehari-hari. Tapi makan pecel dengan view panorama hamparan bukit dan sungai Oyo yang berliku dengan bias-bias sinar matahari dari balik awan tentu termasuk sarapan mewah. Apalagi hari itu aku berulang tahun. Pecel ini jadi pengganti kue tart penuh hiasan. Avi, yang sudah menjadi sahabat jalanku bertahun-tahun, tiba-tiba menyanyikan lagu ulang tahun dengan lirih untukku, di pinggir tebing, dengan angin sesekali bertiup agak kencang untuk merayakan hari lahirku. Menikmati panorama Kebun Buah Mangunan ini adalah kado indah dari alam Jogja untuk hari ulang tahunku. Berada di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk hari yang istimewa, nuansanya jadi sempurna, kan?!
Aku memandangi orang-orang datang dan pergi di pelataran panorama. Suasana di Kebun Buah Mangunan sepagi itu sudah cukup ramai. Ada yang memang warga sini, anak-anak muda Jogja, ada pula yang rombongan dari Jakarta, Bandung, Surabaya yang sedang gathering. Kebun Buah Mangunan memang jadi salah satu destinasi favorit di Yogyakarta sejak tahun 2016, jadi nggak heran kalau pagi-pagi tempat ini sudah seramai itu. Kami menikmati pagi dengan sangat santai di sana. Membiarkan orang-orang berfoto ceria dulu menangkap pesona alam panorama Mangunan itu. Kami pun bisa puas melihat panorama dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Sebegitu mudahnya akses yang diberikan Yogyakarta untuk orang-orang yang datang mengunjunginya. Kata orang, kalau sudah menginjak atau berada di Pulau Jawa, Jogja itu sungguh dekat. Cukup naik kereta api bagi yang ingin perjalanan murah-meriah. Kereta api sungguh membuat yang jauh menjadi terasa dekat. Sama seperti Jogja, meski lokasinya beratus-ratus kilometer dari rumah, daerah itu selalu melekat. Waktu itu, aku, Junisatya, Avi, dan Eko memang merencanakan perjalanan ke Yogyakarta dengan naik kereta eksekutif. Ya, hitung-hitung bisa menikmati perjalanan dengan nyaman sampai Yogyakarta. Karena tujuan kami ke Jogja bukan sekadar jalan-jalan, melainkan menghadiri pesta pernikahan sahabat di sana. Jadi harus benar-benar fresh, bukan?! Beruntung, kami memanfaatkan beberapa penawaran promo menarik dari pegipegi.com. Cukup dengan pilih menu Kereta Api di aplikasi atau website-nya, beberapa pilihan kereta dengan jadwal keberangkatan beragam dari Jakarta juga tersedia, kok, di Pegipegi.
Aku sempat girang bisa ke Jogja naik kereta api Argo Lawu. Setelah sekian tahun, aku bisa naik kereta api lagi. Agak norak memang, apalagi naik kelas eksekutif adalah kali pertama bagiku. Kereta api Indonesia sekarang sudah jauh lebih bersih, lebih nyaman, dan tepat waktu. Untuk kelas eksekutifnya sendiri disediakan bantal dan selimut serta tempat kaki biar bisa tidur selonjoran. Disediakan pula meja yang dapat dilipat ke bawah, jadi bisa dipakai seperlunya. Toiletnya juga seperti toilet di pesawat. Bersih dan wangi. Jadi nggak mikir dua kali buat buang air atau bebersih di toilet. Kalau bukan karena sahabat yang mengirim undangan pernikahan adat Jawa di Jogja, mungkin momen naik kereta api eksekutif ini nggak akan terwujud. Maklum, selain disubsidi promo dari Pegipegi, biayanya juga disubsidi sahabatku itu. Beruntung sekali, ya. Datang ke pesta pernikahan sahabat sembari bisa liburan sejenak. Pegipegi sangat mempermudah langkahku. Apalagi bagi yang pakai aplikasinya, setiap pemesanan lewat Pegipegi, kita akan dapat tambahan poin yang nantinya bisa ditukarkan. Kalau terkumpul banyak, kan bisa dapat beli 1 tiket kereta api lagi gratis.
Jadilah aku berada di Jogja, tepat pula di momen ulang tahun. Serasa Yogyakarta memberikan ruang berbahagia untukku, Junisatya, dan teman-temanku. Mungkin juga berlaku bagi banyak orang yang telah mengunjungi Jogja, entah untuk liburan, pulang kampung, atau perjalanan bisnis semata. Jogja selalu menyajikan oleh-oleh cerita. Tak terkecuali bagiku. Kebun Buah Mangunan yang jadi satu spot keeksotisan salah satu alam Jogja menjadi spot favorit pagiku. Anginnya, nuansa alamnya, dan keramahan orang-orang yang berada di sekitar sana. Seakan memang telah disiapkan Tuhan untuk dikunjungi sejuta manusia.
Aku pernah berjanji bakalan menulis tuntas tentang trip-ku ke Yogyakarta beberapa waktu lalu. Baru kesampaian sekarang. Maaf, ya. Kalau dimaafkan, aku mulai ya. Kalau nggak dimaafkan, silakan pindah ke cerita perjalanan aku yang lain aja. :)
Aku mau cerita tentang pagi di Kebun Buah Mangunan, pagi cerah tepat pada hari ulang tahunku. Lebih tepatnya tentang mengejar fajar di Mangunan. Cerita hari itu dimulai dengan aku yang bangun malas-malasan di sebuah hostel di pusat Kota Yogyakarta. Masih pukul 4 pagi. Aku lantas tidur lagi. Rasanya berat buat mengejar fajar di kawasan Imogiri. Lalu, Avi, roomate setiaku kalau jalan bareng menarikku dari tempat tidur malas itu. Dengan beberapa pertimbangan, seperti cowok-cowok di kamar berbeda sudah siap menerjang subuh dan hari itu kami akan fullday di lingkungan yang segar, aku pun melek. Tanpa mandi (informasi penting untuk dibagi bahwa mandi itu nggak wajib kok), hanya gosok gigi dan ganti pakaian, aku dan Avi turun ke lobi. Di sana sudah menunggu Junisatya (seperti biasa jadi partnerku ke mana-mana) dan Eko yang waktu itu cuma sebatas pacarnya Avi, belum jadi suami. Kami siap dengan 2 motor yang akan melaju ke kawasan Imogiri, sekitar 1 jam dari pusat Kota Yogyakarta.
Sudah pukul 5 pagi. Sayup-sayup, langit sudah mulai terang. Dengan berbekal Google Map, kami meninggalkan pusat kota dan masuk ke kawasan yang jalannya sedikit berliku dan menanjak. Jalanan masih sangat sepi. Dingin memelukku erat, seerat peganganku pada pinggang Junisatya yang mengendarai motor dengan kecepatan 60 km/jam. Diam-diam dia juga gemetaran melaju dengan motor sepagi ini, ke dataran tinggi pula. Tak sulit menemukan jalur yang benar menuju Kebun Buah Mangunan. Jaraknya memang lumayan jauh tapi begitu memasuki kawasan hutan Imogiri, hati ini menjadi senang. Senang ketemu hutan dan pohon-pohon besar. Senang berada di kawasan yang terlindungi dari polusi.
Kami memasuki jalanan sempit yang mengarah pada gerbang objek wisata Kebun Buah Mangunan. Kebun buah ini berada di kawasan Kabupaten Bantul, tepatnya di Jalan Imogiri-Dlingo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Meski namanya kebun buah, bukan berarti kami bebas memetik buahnya. Malah tidak dianjurkan. Lagipula, saat aku ke sana, belum ada tanaman yang berbuah. Kami parkir di area parkir yang tidak jauh dari puncak Kebun Buah Mangunan dengan biaya retribusi Rp5.000,00 saja. Dengan jalan menanjak sedikit, kami sudah berada di pinggir panorama yang cantik. Matahari sudah terlanjur tinggi. Namun, karena kami berada di ketinggian 150-200 mdpl, panorama yang terlihat sungguh menyegarkan mata. Masih ada sayup-sayup lembah yang tertutupi awan. Tidak terlalu tebal karena angin menggiringnya ke tempat lain.
Sembari menunggu langit semakin cerah, aku memilih duduk di saung-saung yang tersedia persis di pinggir panorama. Ada beberapa saung dan warung tersedia di sana dan kebetulan sekali 1 saung kosong. Jadilah aku langsung ambil posisi selonjoran sembari menikmati angin pagi yang membelai-belai pipi malu-malu. Aku jadi terkantuk-kantuk lagi. Masih pukul 6.30. Junisatya lantas memesan minuman hangat untuk kami berempat dan pecel untuk sarapan. Makan pecel di Jogja tentu menu sehari-hari. Tapi makan pecel dengan view panorama hamparan bukit dan sungai Oyo yang berliku dengan bias-bias sinar matahari dari balik awan tentu termasuk sarapan mewah. Apalagi hari itu aku berulang tahun. Pecel ini jadi pengganti kue tart penuh hiasan. Avi, yang sudah menjadi sahabat jalanku bertahun-tahun, tiba-tiba menyanyikan lagu ulang tahun dengan lirih untukku, di pinggir tebing, dengan angin sesekali bertiup agak kencang untuk merayakan hari lahirku. Menikmati panorama Kebun Buah Mangunan ini adalah kado indah dari alam Jogja untuk hari ulang tahunku. Berada di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk hari yang istimewa, nuansanya jadi sempurna, kan?!
Aku memandangi orang-orang datang dan pergi di pelataran panorama. Suasana di Kebun Buah Mangunan sepagi itu sudah cukup ramai. Ada yang memang warga sini, anak-anak muda Jogja, ada pula yang rombongan dari Jakarta, Bandung, Surabaya yang sedang gathering. Kebun Buah Mangunan memang jadi salah satu destinasi favorit di Yogyakarta sejak tahun 2016, jadi nggak heran kalau pagi-pagi tempat ini sudah seramai itu. Kami menikmati pagi dengan sangat santai di sana. Membiarkan orang-orang berfoto ceria dulu menangkap pesona alam panorama Mangunan itu. Kami pun bisa puas melihat panorama dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Sebegitu mudahnya akses yang diberikan Yogyakarta untuk orang-orang yang datang mengunjunginya. Kata orang, kalau sudah menginjak atau berada di Pulau Jawa, Jogja itu sungguh dekat. Cukup naik kereta api bagi yang ingin perjalanan murah-meriah. Kereta api sungguh membuat yang jauh menjadi terasa dekat. Sama seperti Jogja, meski lokasinya beratus-ratus kilometer dari rumah, daerah itu selalu melekat. Waktu itu, aku, Junisatya, Avi, dan Eko memang merencanakan perjalanan ke Yogyakarta dengan naik kereta eksekutif. Ya, hitung-hitung bisa menikmati perjalanan dengan nyaman sampai Yogyakarta. Karena tujuan kami ke Jogja bukan sekadar jalan-jalan, melainkan menghadiri pesta pernikahan sahabat di sana. Jadi harus benar-benar fresh, bukan?! Beruntung, kami memanfaatkan beberapa penawaran promo menarik dari pegipegi.com. Cukup dengan pilih menu Kereta Api di aplikasi atau website-nya, beberapa pilihan kereta dengan jadwal keberangkatan beragam dari Jakarta juga tersedia, kok, di Pegipegi.
Aku sempat girang bisa ke Jogja naik kereta api Argo Lawu. Setelah sekian tahun, aku bisa naik kereta api lagi. Agak norak memang, apalagi naik kelas eksekutif adalah kali pertama bagiku. Kereta api Indonesia sekarang sudah jauh lebih bersih, lebih nyaman, dan tepat waktu. Untuk kelas eksekutifnya sendiri disediakan bantal dan selimut serta tempat kaki biar bisa tidur selonjoran. Disediakan pula meja yang dapat dilipat ke bawah, jadi bisa dipakai seperlunya. Toiletnya juga seperti toilet di pesawat. Bersih dan wangi. Jadi nggak mikir dua kali buat buang air atau bebersih di toilet. Kalau bukan karena sahabat yang mengirim undangan pernikahan adat Jawa di Jogja, mungkin momen naik kereta api eksekutif ini nggak akan terwujud. Maklum, selain disubsidi promo dari Pegipegi, biayanya juga disubsidi sahabatku itu. Beruntung sekali, ya. Datang ke pesta pernikahan sahabat sembari bisa liburan sejenak. Pegipegi sangat mempermudah langkahku. Apalagi bagi yang pakai aplikasinya, setiap pemesanan lewat Pegipegi, kita akan dapat tambahan poin yang nantinya bisa ditukarkan. Kalau terkumpul banyak, kan bisa dapat beli 1 tiket kereta api lagi gratis.
Jadilah aku berada di Jogja, tepat pula di momen ulang tahun. Serasa Yogyakarta memberikan ruang berbahagia untukku, Junisatya, dan teman-temanku. Mungkin juga berlaku bagi banyak orang yang telah mengunjungi Jogja, entah untuk liburan, pulang kampung, atau perjalanan bisnis semata. Jogja selalu menyajikan oleh-oleh cerita. Tak terkecuali bagiku. Kebun Buah Mangunan yang jadi satu spot keeksotisan salah satu alam Jogja menjadi spot favorit pagiku. Anginnya, nuansa alamnya, dan keramahan orang-orang yang berada di sekitar sana. Seakan memang telah disiapkan Tuhan untuk dikunjungi sejuta manusia.
Kebun Buah Mangunan, aku baru tau nih. Oh jadi kebun buahnya hanya boleh diliat2 aja ya mba. Kalo di tempat lain kan ada yg boleh metik sendiri trus tinggal ditimbang dan dihitung berapa yang harus dibayar.
BalasHapusWaktu aku ke sana, belum ada buah yang matang. Jadi nggak tau ada penawaran metik buah sendiri apa enggak. Sepertinya ada kalau pas panen salah satu buah yang dibudidayakan di sana.
HapusDuh, kurang pagi mbak,,
BalasHapusPagi-pagi kalau pas ada kabutnya semakin romantis suasananya..
Iyaa, aku telat berangkatnya. Soalnya nginepnya di Jogja kota, jadi berasa jauh ke sana ya. Pas sampai sana, udah terang benderang. Hahaha. Lain kali ke sana lagi ah. Berangkat jam 3 pagi harusnya :))
HapusAku baru tahu ada kebun buah iniii pemandangannya cantik kalii
BalasHapusCantik mba kalau saat fajar. aku kesiangan sih dan langit agak mendung, Jadi semburat oranye gak keliatan.
HapusPas ke Jogja dua tahun lalu, kebun buah Mangunan ini udah masuk wishlist
BalasHapusSayangnya ternyata belum jodoh, kami gak sempat ke sana hiks
Besok-besok mau ngulang ah, cerita dan fotomu sukses buat aku mupeng, mbak
Aku aja pengen ke sana lagi. Belum sukses dapat momen sunrise di sana. :))
HapusAhh, Jogja memang selalu ngangenin...
BalasHapusIya. Nggak salah orang mengidolakan Jogja ya.
HapusSeruya merayakan ulang tahun saat traveling. Lagi travelling nya ke tempat indah bersama orang tercinta :)
BalasHapusIyaa. Seneng banget. Pengennya tiap ulang tahun, dirayakan dengan traveling ke mana gitu. Mentraktir diri sendiri. :))
HapusKangen Jogja ei...Dulu smpet dicap gagal krna kebun buahnya yg berbuah cuma durian. Lambat laut, pd mulai menyukai panorama di puncak kebun buah mangunan tersebut
BalasHapusOrang sukanya sama panoramanya, bukan sama buahnya ya Kak. :D
HapusSaya ada rencana mau ke Jogja. Lagi mikir-mikir enakan naik kereta yang pagi, sampai Jogja sore atau sebaliknya :D
BalasHapusKalau aku lebih nyaman kereta malam, sampai dini hari. Biar paginya bisa langsung halan-halan. hehehe
HapusYa ampun tempatnya adem, ku pingin ke Sana juga,secara aku penggemar dataran tinggi, apalagi di jogja
BalasHapusWah kalau gitu, Kebun Buah Mangunan ini list wajib mba.
HapusTempat ini dulu favorit jadi trek aku saat fisik sepedaan. Sekarang karena sudah sangat ramai, jadi jarang sepedaan ke Mangunan ahahhaha
BalasHapusEmang enak banget ya kak buat trek sepeda di sekitaran Mangunan ini. Adem banget.
HapusAsyik banget ya pemandangannya... Saya baru tau skrg loh tentang kebun buah ini...
BalasHapussemacam perjalanan romantis jadinya heheheh. Aku pernah lewat tempat ini dan gak mampir, tapi kebayang sih tempatnya nyaman, sejuk dan berduaan, hangat di jiwa. Aiiihhhh
BalasHapusAseeek, hangat di jiwa. :D
HapusWew, merayakan ulang tahun di daerah paling romantis di Indonesia (versi saya) pasti seru banget ya. Ditambah lagi kue ulang tahun yg sehat banget. Ahahaha
BalasHapusKue ulang tahunnya pecel. hahahaha
HapusDulu aku pikir kebun buah Mangunan ini penuh dg buah2an, eh pas kesana kok nggak ada buahnya sama sekali. Tp terbayar sih lihat pemandangan cakep banget dr situ
BalasHapusMengejar pagi hari itu emang suka PR banget ya. Tapi selalu puas dengan hasilnya.
BalasHapusIya bangeeeet kak
HapusPernah 3 kali main ke jogja dan belom pernah aku main ke Mangunan ini hiks, ternyata keren banget ya
BalasHapusBerarti harus ke Jogja lagi kak
HapusWah waktu Agustus ke sana kesiangan, gersang banget jadi batal masuk. Mesti super pagi ya ke sana.
BalasHapus