Jalan Bersama Menteri Perhubungan: 1 Tahun KRL Yogya-Solo
Ke Yogyakarta dan Solo Bersama Pak Menteri Perhubungan
Iya, jadi aku tergabung dalam Commate tahun ini, komunitas influencer yang dibentuk oleh PT KCI untuk membuat konten-konten seputar commuter line dan kereta api lokal. Jadi pada suatu malam, aku ditelepon oleh seorang rekan di KCI untuk menugaskan aku berangkat ke Yogyakarta esok paginya. Sungguh ajakan yang dadakan dan impulsif. Aku yang belum mendapat brief jelas untuk keberangkatan ke Yogyakarta ini langsung packing malam itu juga. Katanya, aku di Yogya cuma menginap 1 malam dan langsung akan pulang lagi malam berikutnya naik kereta api.
Pagi-pagi buta aku sampai di Stasiun Gambir, Jakarta. Salah satu kabar gembiranya adalah perjalanan naik kereta api jarak jauh saat itu tak lagi menunjukkan hasil PCR/ Swab Antigen test negatif. Ini berlaku bagi yang sudah vaksin minimal 2 kali. Untuk keberangkatan menggunakan bus dan pesawat juga punya aturan yang sama. Jadi, aku nggak perlu buru-buru ke stasiun untuk antre swab antigen lagi sebelum berangkat. Apalagi keretaku adalah kereta paling pagi.
Aku naik Argo Dwipangga tujuan Jakarta-Solo dan turun di Yogyakarta. Perjalananku bersama 3 orang teman pilihan KCI lainnya yang memang sudah circle travelmate-ku menjadi perjalanan penuh canda dan guyonan. Ada Ipul, Mba Terry, dan Kak Beyon Destiano. Sebenarnya masih ada Andrew yang menyusul kami dari Bandung. Kami menghabiskan waktu kuliner di kereta restorasi. Perjalanan ke Yogyakarta menghabiskan waktu 6 jam. Aku sampai di Yogya setelah ashar dan Yogya dalam keadaan hujan deras.
Yogya menyambutku dalam hujan. Aku menikmati santap sore di Loko Cafe, di dalam stasiun Yogyakarta. Sop iga hangat cukup menghangatkan perut yang mungkin kelelahan setelah perjalanan panjang. Saat hujan reda, kami langsung berjalan kaki ke depan Stasiun Tugu Yogyakarta dan check in di hotel yang persis berada di depan stasiun, Hotel Neo Malioboro.
Kapan terakhir kali aku ke Yogyakarta? Tahun 2019 saat ulang tahun Yogyakarta. Aku pernah menuliskannya di blog ini juga. Baca di sini ya.
Yogya yang basah malam itu tak menyurutkan kami untuk berjalan-jalan. Buat kamu yang belum kenal dengan Yogyakarta, stasiun Tugu Yogyakarta itu berada tak jauh dari kawasan Malioboro. Tinggal berjalan kaki dari hotel, kami sudah melihat jalanan Malioboro yang ramai. Aku melihat perubahan Malioboro yang jauh lebih rapi dari kali terakhir aku ke Yogya. Sudah tidak ada lagi pedagang-pedagang kaki lima yang terlihat. Semua trotoar sudah ditata lebih bersih. Aku tidak bisa menilai harus lebih menyukai suasana Malioboro yang mana. Yang dulu atau yang sekarang. Tapi aku merasakan kenyamanan saat berjalan kaki di kawasan Malioboro ini.
Sebenarnya aku dulu tidak begitu suka lumpia karena isian rebung. Tapi Lumpia Samijaya ini nggak memasukkan rebung ke dalam adonan isiannya. Rasanya gurih dam renyah. Suka sekali aku lumpia yang ini.
Dari lumpia Samijaya di Malioboro, aku berpisah dengan rombongan buat bertemu teman lama yang kini kuliah S3 di Yogyakarta. Kami makan malam di Lor Tugu, salah satu foodcourt terbuka di area Tugu Yogyakarta. Hujan sambil melepas rindu. Tidak ada menu yang istimewa di Lor Tugu ini. Rata-rata makanan yang dijual di sana ada makan Jepang, bebek, bakso, dan lain-lain. Tidak apa tidak menemukan meni khas Yogya, yang penting bisa bercerita banyak dengan teman lama di sana.
1 tahun KRL Yogya-Solo
Pagi-pagi sekali, aku sudah harus bersiap-siap untuk event hari itu. Iya, HUT 1 tahun KRL Yogya-Solo beroperasi. Aku dan teman-teman Commater bersama KCI sudah standby di Stasiun Yogyakarta. Kami naik KRL pukul 7 pagi menuju Solo.
Ini kali pertama aku naik KRL Yogya-Solo. Rasanya excited sekali. Keretanya lebih berwarna dibanding KRL Jabodetabek. Ada motif batik di badan kereta yang menandakan identitas negeri batik Yogya dan Solo.
Perjalanan naik KRL dari Stasiun Yogyakarta ke Stasiun Solo Balapan menghabiskan waktu 68 menit. Cepat ya. FYI, KRL Yogya-Solo ini menggantikan KA Pramex yang sudah puluhan tahun beroperasi menghubungkan Solo dan Yogya. Bedanya kini, dengan sistem commuter line yang dikelola KCI, pembayarannya dipermudah dengan sistem tap KMT atau kartu uang elektronik. Jadwalnya pun bisa diakses di aplikasi KRL Access.
Begitu sampai di Stasiun Solo Balapan, nuansa perayaan 1 tahun KRL Yogya-Solo semakin terasa. Ada Menteri Perhubungan, perwakilan dari pemda Jawa Tengah dan Dirut PT KAI yang menghadiri anniversary ini. Stasiun jadi ramai dan meriah sekali saat itu.
Sejak awal beroperasi, KRL Yogya-Solo sudah melayani sekitar 2,2 juta pengguna commuter. Dengan adanya KRL ini, tentu mempercepat juga pertumbuhan ekonomi san wisata di sekitar stasiun yang dilintasi oleh KRL. Terbukti dengan dibukanya kembali 4 stasiun, yaitu Stasiun Srowot, Ceper, Delanggu, dan Gawok. Ke depannya, jalur KRL akan diperpanjang hingga Madiun dan Kutoarjo.
Pelayanan KRL mulanya hanya terdiri dari 4 kereta dalam 1 rangkaian (SF 4), sejak April tahun lalu sudah ditambah menjadi 8 kereta (SF 8). Lebih kurang kini bersaing dengan KRL Jabodetabek ya dari segi fasilitas.
Perayaan 1 tahun KRL Yogya-Solo ditutup dengan peluncuran KMT edisi Yogya oleh Pak Budi Karya Sumadi selaku Menteri Perhubungan. Katanya dengan adanya KMT edisi khusus Yogya ini menemani KMT edisi Solo yang sudah lebih dulu diluncurkan dengan desain yang unik-unik. Ini akan menambah rasa memiliki masyarakat Yogya dan Jawa Tengah terhadap transportasi publik yang mempermudah perjalanan mereka. Kalau kata anak sekarang, Jogja-Solo pride.
Kunjungan ke Balai Yasa Yogyakarta
Selepas perayaan anniversary, aku mengikuti jajaran pejabat Kementerian Perhubungan dan KAI untuk kunjungan ke Balai Yasa Yogyakarta. Dari Solo, kita kembali ke Yogya. Tapi kali ini aku naik Kereta Api Inspeksi. Ini lho kereta khusus yang digunakan oleh kru KAI untuk inspeksi. Keretanya super nyaman tapi sayang aku nggak bisa tur seluruh isi kereta karena penuh.
1 jam kemudian sampailah aku di Balai Yasa Yogyakarta. Buat yang belum tahu, Balai Yasa ini adalah semacam bengkel kereta api. Di sinilah kereta api dicek, diperbaiki, diservis secara berkala. Tujuannya adalah mengutamakan keselamatan dalam pelayanan transportasi. Balai Yasa Yogyakarta cukup luas dan punya bangunan yang unik. Berada di sini seperti berada di dunia miniatur. Ada monumen-monumen kereta api terpajang di halamannya yang luas. Sejauh ini, dalam kunjungan Menhub ke Balai Yasa, Pak Menteri Perhubungan mengapresiasi kinerja KAI yang excellent. Ternyata begini ya rasanya jalan bersama Pak Menteri Perhubungan dari Solo ke Yogya untuk beberapa kunjungan.
Sejumlah inovasi pelayanan terus dilakukan oleh PT KAI untuk memastikan pergerakan antarkota dan dalam kota agar berjalan dengan baik. Rencana terdekat adalah memperpanjang jalur layanan KRL Yogya-Solo hingga Madiun di sisi timur dan Kutoarjo di sisi barat. Mari kita doakan proyek ini digarap dengan lancar.
Setelah berkunjung ke Balai Yasa Yogyakarta, berakhir pula tugasku di trip singkat Yogya-Solo ini. Aku dan teman-teman Commate kembali ke hotel kami di Yogyakarta untuk istirahat. Aku menyempatkan belanja bakpia untuk oleh-oleh dan bersiap pulang ke Jakarta dengan kereta api malam. Perjalanan singkat tapi menyenangkan. Terima kasih KCI dan KAI yang sudah mengajakku melihat lebih dekat KRL Yogya-Solo.
Wah, seru banget. Sukses terus untuk PT KAI dan semoga proyek perpanjangan jalur layanan KRL segera rampung yaa
BalasHapusAamiin. Semoga fasilitasi transportasi kita semakin baik ya.
Hapus