Terbang ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah
Tentu saja tanpa pikir panjang aku mengiyakan. Sudah sejak lama aku ingin sekali ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah itu. Selain karena ingin check list provinsi yang sudah didatangi--karena aku belum pernah ke Kalimantan Tengah--sekalian aku ingin explore Tanjung Puting. Pangkalan Bun adalah gerbang menuju Taman Nasional Tanjung Puting, wishlist-ku sejak beberapa tahun lalu. Kapan lagi kan kesempatan ini datang.
Tiket keberangkatan sudah disiapkan untukku dari Jakarta menuju Surabaya. Lalu di Surabaya aku akan ikut acara inaugural flight Batik Air terbang perdana ke Pangkalan Bun.
Sebelum berangkat, aku sudah mencari informasi tentang trip Tanjung Puting dan mencari tahu tentang wisata di Pangkalan Bun.
Aku hanya punya waktu 3 hari berada di Pangkalan Bun. Jadi harus memaksimalkan waktu untuk explore kota dan keindahan Tanjung Puting. Harus! Itu tekadku saat itu sebelum berangkat.
Penerbanganku menuju Surabaya pukul 6 pagi. Malam sebelumnya, aku menginap di hotel kapsul Cengkareng. Maklum, rumahku jauh di Depok. Kalau berangkat dari Depok, aku harus bangun dini hari. Biar lebih santai dan lebih hemat energi untuk penerbangan panjang, aku stay dulu di Bobopod Cengkarang Soekarno-Hatta.
Aku hanya tidur beberapa jam karena pukul 4 pagi harus naik shuttle transfer bandara yang disediakan pihak hotel. Di bandara, seperti biasa, aku langsung check in dan menerima 2 boarding pass. Boarding pass keberangkatan CGK-SUB dan keberangkatan SUB-PKN. Aku naik pesawat Airbus 320 Batik Air rute CGK-SUB dengan kode ID6308 PK-LUH.
Aku ternyata nggak sendirian. Ada 10 influencer dan perwakilan komunitas aviasi yang ikut acara inaugural ini. Sebagian ada yang sudah kukenal sebelumnya, dan sebagian lagi menjadi teman-teman baruku.
Penerbangan ke Surabaya hanya 1 jam. Pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Juanda pukul 07.00.
Halo, Surabaya!
Begitu keluar pesawat, kami diarahkan untuk langsung ke ruang tunggu. Acara sambutan singkat Inaugural Flight dilakukan di gate boarding 15 menit sebelum boarding. Jadwal penerbangan pukul 09.30 SUB-PKN.
Sebenarnya ini bukan inaugural flight pertama yang kuhadiri. Tapi ini inaugural flight dengan rute baru yang aku sendiri ikut terbang di dalamnya.
Rute Surabaya ke Pangkalan Bun (pp) ini adalah rute perdana pesawat airbus Batik Air. Ternyata rute ini cukup jadi favorit. Semua kursi penuh dan sebagian besar diisi oleh warna negara asing yang hendak ke Tanjung Puting. Sungguh, Pangkalan Bun adalah destinasi favorit khususnya bagi warga negara asing. Aku makin bersemangat untuk terbang ke sana.
Halo, Pangkalan Bun!
Aku naik pesawat Airbus 320 maskapai Batik Air rute SUB-PKN pukul 09.30 dengan kode ID6235 PK-LUH saat itu.
Saat kamu ikut penerbangan perdana, biasanya ada sambutan kecil-kecilan dari awak pesawat. Ada games seru buat para penumpang. Penerbangan selama 1 jam dari Surabaya ke Pangkalan Bun jadi terasa meriah, ditambah dengan langit cerah.
Aku bisa melihat Borneo dari atas, penuh hutan dan dibatasi beberapa sungai. Aku nggak sabar mau explore Pangkalan Bun dan sekitarnya. Namun, perayaan nggak sampai di sana.
Begitu pesawat mendarat di Bandara Iskandar Pangkalan Bun, ada seremonial water salute. Biasanya aku melihat seremoni water salute ini dari dalam gedung bandara, kali ini pesawat yang kutumpangi yang disembur water salute di runaway. Seru sekali.
Begitu turun pesawat, timku disambut oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Kotawaringin Barat. Ada Aba dan Ambo, duta wisata Kotawaringin Barat yang mengalungkan scarf batik motif campuran Dayak-Melayu ke leherku (koreksi ya kalau aku salah motif). Sungguh sebuah kehormatan bisa sampai di kota ini.
Bandara Iskandar Pangkalan Bun adalah salah satu bandara di Kalimantan Tengah. Bandara ini digunakan untuk kebutuhan militer dan penerbangan komersial sejak lama. Apalagi daya tarik Tanjung Puting sebagai habitat alami orangutan membuat bandara ini selalu ramai sebagai gerbang wisata, konservasi, dan ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat.
Aku mengikuti prosesi Tampung-Tawar, upacara adat Kesultanan Kotawaringin. Tampung-Tawar ini memiliki makna menampung segala kebaikan dan menawar segala kesialan. Aku mencoba nasi kuning buatan mereka sebagai tanda penyambutan telah menginjakkan kaki di Kalimantan Tengah.
Kini, aku sudah sampai di Pangkalan Bun. Ke manakah aku harus memulai petualangan di Kalimantan ini? Kami mendapat banyak rekomendasi destinasi dari pihak Dinas Pariwisata Kotawaringin Barat dan kepala Komandan Lanud Bandara Iskandar. Aku akan tulis kisahku selanjutnya di Pangkalan Bun dan Tanjung Puting dalam artikel terpisah.
Sampai jumpa!
Komentar
Posting Komentar